Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Selain penggemar yang meninggal, pihak keamanan Prancis juga dipusingkan dengan aksi anarkisme massa.
(Baca juga: Disingkirkan Kroasia pada Semifinal Piala Dunia 2018, Fan Inggris Larut dalam Duka)
Very unfortunately, the pillaging of shops around the Champs-Elysées has led to riot police intervening. The greatest tragedy when a small number detract from something so beautiful such as the events of today. pic.twitter.com/eCmEcq0pZI
— Get French Football News (@GFFN) 15 July 2018
Bahkan untuk membubarkan massa, pihak kepolisian terpaksa menembakan gas air mata.
"Kerusuhan pecah pada tengah malam, karena banyak orang menolak untuk bubar," bunyi sumber Polisi di Prancis.
"Toko termasuk Apotik Publicis dekat Arc de Triumphe digeledah, hingga petugas diserang," lanjutnya.
(Baca juga: Nazar Mario Gomez untuk Bobotoh Jelang Laga Kontra Persela Lamongan)
Selama pertandingan final Piala Dunia 2018, ada sekitar 4.000 polisi dan pasukan keamanan sudah dikerahkan.
Mereka mengamankan para penggemar nakal yang mencoba untuk merusak perayaan.
BREAKING NEWS - Sentuh Zona Merah, Mitra Kukar justru Ditinggalkan Sang Kepala Pelatih https://t.co/Mn1OhAd5F5
— BolaSport.com (@BolaSportcom) 16 Juli 2018
Seperti diketahui, para fan Prancis telah berpesta di jalan dan berkumpul di Menara Eiffel dan Champ de Mars.
Tidak hanya di tempat itu, para fan juga meramaikan kota-kota di Bordeaux, Marseille hingga Lyon dengan aksi anarkis seperti melempar botol dan suar.
Para fan merayakan kemenangan Prancis atas Kroasia pada final Piala Dunia 2018.