Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Buah dari Regenerasi Stagnan Timnas Belanda

By Kamis, 5 Oktober 2017 | 07:44 WIB
Timnas Belanda berpose sebelum laga kontra Luksembourg di Rotterdam, 9 Juni 2017. (JOHN THYS / AFP)

Masih terkenang jelas kegagalan Belanda mentas pada Piala Eropa 2016 Tampaknya, mimpi buruk yang sama bakal terulang

Penulis: Theresia Simanjuntak

Belanda berpotensi mengucapkan selamat tinggal pada Piala Dunia 2018.

Hingga matchday kedelapan Grup A Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Eropa, Belanda berada di urutan ketiga dengan 13 poin, tertinggal empat angka dari Prancis dan tiga poin dari Swedia.

Dengan kata lain, secara matematis, tim asuhan Dick Advocaat masih memiliki peluang untuk setidaknya ke babak play-off.

Hanya, peluang itu terlalu tipis sehingga mereka perlu berharap adanya keajaiban.

Pada matchday kesembilan, Sabtu (7/10/2017), Belanda akan bertandang ke rumah Belarusia, tim yang telah dipastikan tereliminasi dari kualifikasi.

Seharusnya, Arjen Robben dkk mampu mengalahkan mereka.

Sayang bagi Belanda, Swedia juga berjumpa lawan yang telah tersisih, Luksemburg Swedia gagal menekuk Luksemburg adalah keajaiban yang Belanda sangat harapkan.

Soalnya, pada laga terakhir fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2018, mereka harus saling bunuh dengan Swedia, Selasa (10/10/2017).

Hal lain yang menjadi alasan akan mengejutkan bila Belanda mampu ke Rusia adalah aturan selisih gol.

Andai mereka berpoin sama dengan Swedia setelah matchday kesepuluh dimainkan, siapa yang layak menempati peringkat kedua adalah tim dengan selisih gol tertinggi.

Saat ini Swedia pemegang selisih gol terbaik di Grup A (+11), sedangkan Belanda hanya punya +5.

Situasi genting Belanda saat ini akibat dua kekalahan dari Prancis, takluk di tangan Bulgaria pada Maret 2017, dan seri dengan Swedia pada September 2016.

Apabila tersingkir, Belanda akan mengulangi kegagalan 16 tahun lalu.

Berstatus sebagai peringkat keempat Piala Dunia 1998, mereka tak lolos ke Piala Dunia 2002.

Ini akan menjadi yang pertama sejak 1984, ketika Belanda absen di dua turnamen akbar beruntun.

Salah satu penyebab utama kemunduran prestasi tim beralias Oranje sejak Piala Dunia 2014 adalah lambat atau malah stagnannya regenerasi di skuat.

Mereka tak lagi memiliki seorang pengubah pertandingan setelah nama-nama seperti Wesley Sneijder, Arjen Robben, dan Robin van Persie melewati usia emas.

Saking miskin bintang, Advocaat sampai memanggil kembali Van Persie ke timnas pada awal September setelah dua tahun absen.

Padahal, eks striker Arsenal dan Manchester United itu sedang bermasalah di Fenerbahce.

Alarm regenerasi sesungguhnya sudah berbunyi di Piala Dunia Brasil empat tahun lalu

Tiga pemain senior tersebut tak tergantikan meski kala itu sudah berumur 30 tahun.

Pelatih Belanda di Piala Dunia 2014, Louis van Gaal, memang membawa banyak pemain muda.

(Baca Juga: Begini Pandangan Hanis Saghara terhadap Sang Pelatih Indra Sjafri)

Talenta macam Memphis Depay, Georginio Wijnaldum, Bruno Martins Indi, Stefan de Vrij, dan yang lainnya mencuri perhatian.

Hanya, kecuali De Vrij, karier mereka di level klub merosot drastis usai turnamen tersebut.

Akibatnya, pemain muda jebolan Piala Dunia 2014 yang diharapkan menjadi generasi Belanda berikutnya malah tenggelam

Lihat daftar nama di skuat Belanda edisi September 2017. Sebagian besar adalah mereka yang sekadar 'ban serep' di klub masing-masing.

Misalnya, kiper Jasper Cillessen kalah bersaing dengan Marc-Andre ter Stegen di Barcelona

Advocaat

Bukan cuma pemain, regenerasi selambat keong berjalan juga terjadi dalam soal pelatih

KNVB, selaku federasi sepak bola Belanda, menunjuk Guus Hiddink, yang saat itu berusia 67 tahun, buat menggantikan Van Gaal pada 2014

Rekam jejak Hiddink memang bagus.

Dia pernah membawa Belanda dan Korea Selatan ke posisi keempat masing-masing di Piala Dunia 1998 dan 2002.

Namun, prestasi itu terjadi di usia emas Hiddink.

Tangan dinginnya berhenti pada 2008 ketika memimpin timnas Rusia mencapai semifinal Piala Eropa 2008 dan Chelsea menjuarai Piala FA 2008/09.

Sejak saat itu, Hiddink miskin pencapaian cemerlang.

Sungguh bukan resume bagus buat disodorkan ke Belanda pada 2014.

Hiddink kemudian dipecat pada Juni 2015

Penggantinya memang cukup muda untuk seorang pelatih, tetapi minim pengalaman.

Danny Blind berumur 54 tahun ketika meneruskan pekerjaan Hiddink. Ajax satu-satunya tim yang sebelumnya ia pernah latih

Itu pun hanya satu tahun (Maret 2005-Mei 2006). Ayah dari bek Manchester United, Daley Blind, itu pun dipecat pada 2017.

KNVB kembali menunjuk pelatih sepuh, Advocaat.

Pria berumur 69 tahun itu telah berulang kali menyatakan pensiun, tetapi batal melaksanakannya.

Curriculum vitae Advocaat juga tak bisa dibanggakan.

Berkarier sebagai pelatih sejak 1980, ia lebih sering tidak bisa menuntaskan masa kerjanya di sebuah klub, entah karena mengundurkan diri atau dipecat di tengah jalan.

Timnas Belanda sudah tiga kali menggunakan jasa Advocaat.

Di penugasan terkini Advocaat, tim tersebut mengalami performa yang cukup oke, yaitu menang dua kali dan kalah sekali.

Maka, dua partai tersisa fase grup di kualifikasi akan menentukan apakah Advocaat memang masih layak menukangi klub atau sudah saatnya menikmati masa pensiun.

 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P