Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Fasilitas wild card yang diterima pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, memastikan mereka lolos ke turnamen BWF Superseries Finals 2017.
Namun begitu, wild card dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (Badminton World Federation/BWF) tersebut baru bisa digunakan apabila Tontowi/Liliyana memenuhi syarat mengikuti empat turnamen superseries.
"Kami memang sudah dapat wild card buat ke Superseries Finals tahun ini, tetapi aturannya kami tetap wajib ikut turnamen superseries minimal empat," ucap Liliyana kepada JUARA.net belum lama ini.
"Tahun ini, kami baru ikut dua turnamen superseries yakni Singapura Terbuka dan Australia Terbuka. Kalau All England, Malaysia Terbuka, dan Indonesia Terbuka kan superseries premier, kami wajib ikut karena regulasi peringkat dunia," kata pemain 32 tahun itu.
Pasca-meraih medali emas Olimpiade Rio 2016, jumlah turnamen yang diikuti Tontowi/Liliyana memang tak lagi sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Selain faktor cedera yang sempat mendera Liliyana, perubahan strategi dan prioritas juga menjadi pertimbangan lain.
Pada kalender kompetisi 2017, Tontowi/Liliyana tercatat cuma mengikuti enam turnamen.
Dari keenam turnamen tersebut, Tontowi/Liliyana berhasil menjadi juara pada Indonesia Terbuka dan Kejuaraan Dunia BWF.
Namun, pada turnamen level superseries alias SS yang diikuti tahun ini yakni Singapura Terbuka dan Australia Terbuka, rapor Tontowi/Liliyana justru jeblok.
Pada dua turnamen tersebut, langkah Tontowi/Liliyana tak pernah lebih dari babak kesatu.
Pasangan ganda campuran berperingkat keempat dunia itu masih punya peluang meraih gelar pada dua turnamen superseries tersisa, Prancis Terbuka dan Hong Kong Terbuka.
"Kalau lihat catatan sih, Prancis lebih bersahabat buat saya. Saya sudah dua kali juara di sana. Sama Nova (Widianto) pernah, sama Owi (Tontowi) juga sudah," kata Liliyana.
Liliyana tercatat dua kali menaiki podium kampiun Prancis Terbuka yakni pada 2009 dan 2014.
Pada 2009, Liliyana yang berpasangan dengan Nova Widianto memenangi perang saudara atas Hendra Aprida Gunawan/Vita Marissa (21-7, 21-7), sementara pada 2014, Liliyana bersama Tontowi mengalahkan pasangan Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock (21-9, 21-16).