Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kehidupan para atlet tak dapat ditentukan hanya berdasarkan usia dari sang pahlawan olahraga tersebut.
Bisa jadi, sang atlet akan berprestasi dalam waktu lama atau malah terhempas karena cedera atau masa tua.
Salah satu atlet kebanggaan Indonesia yang berjuang di usia senja adalah Grand Master Catur, Ardiansyah.
Namanya harum di kancah internasional kala menyabet gelar Grand Master di Olimpiade Catur di Lucerne, Swiss, pada tahun 1982.
Namun di usia senja, Ardiansyah harus berjuang melawan kemiskinan di salah satu sudut ibukota.
Juara dunia ganda campuran 2017, Liliyana Natsir pun menyadari konsekuensi menjadi seorang atlet.
Jauh-jauh hari Liliyana mulai mempersiapkan diri menuju masa pensiun saat tak lagi berkarier di lapangan bulu tangkis.
Liliyana yang sukses menjadi legenda hidup bulu tangkis Indonesia mengaku perlu berinvestasi di masa depan.
(Baca Juga: Bicara Ardiansyah, Bicara Grand master Catur Indonesia yang Terlupa oleh Masa)
"10 tahun lagi, orang sudah tidak akan ingat siapa Liliyana. Makanya harus cari investasi," tutur Liliyana Natsir dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Radio Elshinta pada Selasa (5/9/2017).
Grand Master Ardiansyah juga sempat mengungkapkan harapan untuk mendapat uluran tangan pemerintah atas nasib atlet tua yang tak lagi berjaya.
"Terus terang saya berharap pemerintah mau memperhatikan kami serta atlet-atlet tua cabang olahraga lainnya untuk mendapatkan sedikit kesejahteraan hidup," ujar Ardiansyah dalam informasi yang didapat redaksi BolaSport.com.
(Baca Juga: Lewis Hamilton Ingin 'Kawan' Lamanya Bisa Jadi Batu Sandungan di Musim Depan)
Akhirnya pada Sabtu (28/10/2017), perjuangan Sang Grand Master menemui titik tertinggi.
Sang Grand Master meninggalkan dunia untuk selama-lamanya dengan berbagai gelar juara berhias di tembok sederhana lantai 4 rumah susun Klender, Jakarta Timur.
Selamat jalan, Grand Master Catur Indonesia...
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on