Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Perbasi Warganegarakan Sepuluh Orang Afrika untuk Timnas

By Persiana Galih - Sabtu, 31 Maret 2018 | 14:06 WIB
Penggagas Liga Bocah Indonesia (LBI) Ary Sudarsono (kiri) berdiskusi dengan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) Danny Kosasih saat menggelar konferensi LBI 2017 di Senayan, Jakarta, Rabu (18/1/2017). (LIGA BOCAH INDONESIA)

Ketua Umum Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) Danny Kosasih awal April mendatang akan terbang ke Mali, Afrika Barat untuk memburu maksimal sepuluh orang pebasket. Di sana, agen pemain beserta pemainnya sudah menunggu.

Rencana tersebut dilakukan untuk memperkuat timnas Indonesia yang mesti lolos kualifikasi Piala Dunia Basket 2023 pada 2021.

Danny mengaku hanya butuh dua hari di Mali untuk melakukan pencarian bakat.

"Saya kalau cari pebasket, lihat mereka jalan kaki dan saya senang, bisa saya ambil," tutur Danny, kepada BolaSport.com.

Ia merasa memerlukan jasa pebasket muda Afrika agar Indonesia yang didapuk sebagai tuan rumah bersama Jepang dan Filipina, tak hanya menjadi penonton piala dunia saja.

Indonesia memang berencana memakai Istora Senayan, Jakarta sebagai venue Piala Dunia Basket 2023.

Kesepuluh pebasket Afrika tersebut mesti menjadi warga negara Indonesia (WNI), sebelum resmi berlatih di timnas Merah Putih.

"Saya rasa tidak akan sulit untuk menjadikan mereka warga negara karena usia mereka masih di bawah 18 tahun," kata Danny.

Menurut dia, warga negara asing di bawah 18 tahun tak perlu melalui jalur naturalisasi untuk menjadi WNI.

"Mereka bisa menunjuk warga negara pilihannya,” tutur dia.

(Baca juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia Basket FIBA 2023)

Dari kacamata Perbasi, pebasket Afrika memiliki potensi luar biasa bagi timnas Indonesia. Selain punya postur tubuh yang lebih besar ketimbang pebasket lokal, para pemuda itu pun dinilai memiliki power yang mumpuni.

Tak hanya itu, Danny pun mengklaim bahwa tak akan ada masalah basketball Intelligence quotient (IQ bermain basket) pada sepuluh pebasket Afrika pilihannya.

"Rata-rata dari mereka pernah dibawa ke Amerika Serikat untuk menjalani program latihan. Jadi enggak akan ada masalah," ujarnya.

Perbasi hanya akan memboyong sepuluh pemain saja. Mereka khawatir, jumlah pebasket Afrika berlebih akan menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan basket usia dini Indonesia.

"Lagian, biayanya besar banget. Jadi biayanya hanya cukup untuk sepuluh orang saja," kata dia.

Meski demikian, Danny tak dapat merinci seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan untuk proyek itu. Namun, menurut sumber BolaSport.com, secara hitungan kasar program tersebut bica mencapai miliaran rupiah (dengan asumsi pembinaan hingga 2021).

(Baca juga: Ini Jadwal Putaran Pertama Final Four Proliga 2018)

Menurutnya, perekrutan pemain Afrika ke kancah internasional merupakan hal lumrah yang sudah dilakukan negara-negara lain, terutama Asia. Namun, tak ada agen yang berani terang-terangan membuka status penjualan pemain Afrika di situs resmi mereka.

Danny ditemani koleganya dan tim medis dalam memilih pemain di Afrika. Tim medis, kata Danny, akan bertugas mengecek kondisi kesehatan para pebasket tersebut mengingat tingginya virus HIV di Afrika.

Rencananya, setelah dibawa ke Indonesia, sepuluh pebasket muda itu akan dimasukkan ke dalam program pengembangan alias Perbasi Development Program. Tak hanya diisi oleh orang Afrika, program tersebut akan diisi pula oleh para pebasket lokal usia di bawah 18 tahun.

Sejauh ini, kata Danny, ia telah mendapatkan 24 orang pemuda Indonesia dari seluruh daerah.

"Saya menghubungi jaringan di tiap daerah. Dalam sekejap mereka menyetor pebasket usia dini dengan postur yang membuat saya senang," katanya.

Bagaimana tak sumringah, rata-rata 24 pebasket usia di bawah 18 tahun itu memiliki postur di atas rata-rata orang Indonesia. Bahkan, dalam foto yang ditunjukkan Danny kepada BolaSport.com terdapat salah satu pebasket dengan tinggi 2,04 meter.

Pemuda itu berdiri di samping pebasket naturalisasi asal AS, Jammar Johnson, yang memiliki tinggi 1,96 meter. Jammar terlihat kecil di sampingnya.

(Baca juga: BAM Nilai Penerapan Aturan Servis Baru Masih Salah)

Tak hanya tim program pengembangan yang dipersiapkan Perbasi untuk Timnas Indonesia 2023 mendatang. Mereka pun punya dua tim lain yakni timnas elite dan timnas muda.

Timnas elite adalah tim yang diisi oleh para pebasket yang akan tampil di Asian Games 2018, sedangkan timnas muda adalah para pebasket usia 18-23 tahun dan tak berkesempatan bermain di timnas.

"Banyak pemain Indonesia yang enggak mateng di usia muda karena kami tak punya liga usia dini. Jadi, biasanya usia 18 tahun sudah dibawa oleh klub profesional yang hasilnya mereka hanya akan menghuni bench," kata Danny.

Indonesia mengalahkan Argentina dan Uruguay yang juga mencalonkan diri sebagai tuan rumah bersama pada Piala Dunia Basket 2023.

Ini merupakan kali pertama tuan rumah Piala Dunia Basket FIBA dilaksanakan di lebih dari satu negara.

Sebelumnya, kejuaraan benua basket FIBA digelar pada 2014 di Spanyol dan pada 2019 akan digelar di China.

Baca Liputan Khusus Tabloid BOLA dan BolaSport.com:

Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia

 

Apa persiapan Perbasi menyambut Piala Dunia Basket tahun 2023 di Jakarta? Salah satunya mendatangkan sepuluh pebasket Under 15 (U15) Afrika. Danny Kosasih, Ketua Umum Perbasi, menganggap para pebasket Afrika memiliki potensi yang luar biasa untuk membantu timnas Indonesia bersaing di Piala Dunia. Rencananya, sepuluh pebasket Afrika itu akan dijadikan warga negara Indonesia. Tentunya, lewat sistempembayaran yang telah disepakati dengan agen pemain. Kerjasama ini tak lepas dari jasa menantu Raja Dangdut Rhoma Irama, Mehmet Cetin sebagai penyambung lidah antara Perbasi dan agen. Danny mengaku penjualan pemain Afrika ke kancah internasional merupakan hal lumrah yang sudah dilakukan negara-negara lain, terutama Asia. Setidaknya menurut Perbasi, mendatangkan pemuda asing usia di bawah 15 tahun jauh lebih mudah daripada menaturalisasi pemain. ditambah adanya aturan orang asing di bawah 15 tahun dapat memilih kewarganegaraan tanpa perlu melalui proses birokrasi yang berbelit. Apa pendapat Bolamania? Sudah seputus asa itukah Perbasi akan kemampuan pebasket di negaranya sendiri? Akankah Pemerintah mau bekerjasama dan mendanai mega proyek Perbasi yang konon menelan biaya hingga ratusan milyar rupiah ini? Sila nikmati penelusuran BOLA di edisi Jumat yang sudah terbit hari ini. #CintaiprodukIndonesia Backsound: @iwaktherockfish

A post shared by TABLOID BOLA (@tabloid_bola) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P