Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DKI Jakarta saat ini sedang dipusingkan oleh seretnya dana pembinaan para atlet.
Dana pembinaan yang seret ini pada akhirnya membuat banyaknya atlet yang pindah ke daerah lain.
Hal ini diungkapkan oleh Djamhuron dari KONI DKI. Pada rapat yang berlangsung di Jakarta, Sabtu (31/3/2018) ini, ia menyebutkan bahwa ketiadaan anggaran dari APBD DKI untuk tahun 2018 telah membuat beberapa cabang olahraga harus merogoh kocek sendiri sebagai dana operasional.
"Bukan hanya PRSI, tetapi juga wushu, karate dan juga terbang layang yang harus menggunakan biaya sendiri untuk ikut kejurnas," kata Djamhuron seperti dikutip Bolasport.com dari Kompas.com.
Menurut Djamhuron, KONI DKI tak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasai masalah dana ini.
"Kami sendiri harus membiayai operasional KONI dengan biaya pribadi, bahkan sampai menggadaikan tanah," katanya lagi.
"Kami juga sudah banyak menerima permintaan dari para atlet untuk izin pindah ke daearah lain menyambut PON 2020 mendatang. Kami sayangkan, namun itu kan kebutuhan para atlet itu sendiri. Sementara dari Gubernur kami mendapat pesan untuk mencegah atlet DKI untuk pindah ke daerah lain. Bahkan kalau perlu, mereka yang sudah pindah ditarik kembali." lanjutnya.
Djamhuron menyebut kepengurusan KONI DKI saat ini mewarisi masalah yang cukup berat pasca-kegagalan menjadi juara umum pada PON di Jawa Barat 2016.
"Ketika kami dilantik sebagai pengurus baru, kami mewarisi anggaran Rp 0,- sementara dana dari anggaran Pemprov tak kunjung cair," ujarnya.
(Baca Juga: Miami Open 2018 - Dapat Hoki Bagus, Alexander Zverev Sukses Rebut Tiket Partai Final)