Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Surat dari Piala Dunia 2018, Semua Hal Indah Pasti akan Berakhir

By Firzie A. Idris - Sabtu, 14 Juli 2018 | 06:54 WIB
Luapan kegembiraan para fans timnas Argentina setelah Marcos Rojo mencetak gol kemenangan lawan timnas Nigeria di Stadion Saint Petersburg, Selasa (26/6/2018). (HERKA YANIS PANGARIBOWO/TABLOID BOLA)

Sekitar dua minggu berlalu semenjak Febri balik ke Tanah Air.

Pada Rabu (11/7), ia japri setelah saya mengunggah video di Instagram bagaimana sepinya Lapangan Merah Moskow kini.

Memang masih banyak orang berlalu lalang dan mengunjungi obyek-obyek wisata di daerah sekitar Lapangan Merah serta Kremlin.

Namun, tak ada lagi dansa di jalanan, tarian ceria, nyanyian semarak dari para suporter Peru, Argentina, Meksiko, Brasil, dan Kolombia seperti di awal-awal Piala Dunia.

Keramaian mereka berhasil membuat warga Moskow dan kota-kota penyelenggara lainnya larut dalam kegembiraan dan tawa riang.

Beberapa orang Indonesia yang telah lama tinggal di Moskow juga mengatakan bahwa Piala Dunia telah mengubah mentalitas warga Rusia.

Mereka yang kaku dan dingin (sedikit banyak karena pengaruh cuaca) berubah menjadi hangat dan sangat terbuka kepada para pendatang.

Tanpa suporter dari negara-negara tadi, nuansa Piala Dunia sudah tidak relevan lagi, apalagi para semifinalis dan finalis tak terkenal dengan kegilaan suporter mereka.

Bagi saya (dan juga Febri) atmosfer Piala Dunia sesungguhnya terjadi ketika fase grup bergulir. Memang, suporter Inggris berusaha menggairahkan suasana lagi seiring dengan majunya Three Lions.

Fair play kepada mereka karena suasana menjadi sedikit lebih baik hingga babak semifinal setidaknya.