Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Hadirkan eSports di Sekolah? Yang Penting Keseimbangan Waktu

By Dwi Widijatmiko - Minggu, 26 Agustus 2018 | 16:53 WIB
Atlet eSports Indonesia, Rully Sandra Sutanto, berbicara dalam acara bertajuk penyambutan eSports sebagai olahraga prestasi andalan pada masa depan di High Grounds Icafe, Jakarta Utara, Selasa (24/7/2018). (SEPTIAN TAMBUNAN/BOLASPORT.COM)

 Ajang olahraga multicabang terbesar di Asia, Asian Games 2018, memasuki penyelenggaraan hari kedelapan sejak dibuka di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 18 Agustus 2018.

Minggu (18/8/2018), sebuah momen penting digelar di Asian Games yang berlangsung di Jakarta dan Palembang sampai 2 September 2018 ini.

Cabang electronics sports alias eSports memulai kiprahnya.

Walaupun masih berstatus ekshibisi, keberadaan eSports di Asian Games 2018 tetap memunculkan kegairahan di kalangan penggiat game di Tanah Air.

Keberadaan gamers seperti mendapatkan pengakuan di level yang lebih tinggi dengan dipertandingkannya eSports di ajang olahraga sebesar Asian Games 2018.


Bracket untuk cabang eSports game AOV pada Asian Games 2018.(GARENA INDONESIA)

(Baca Juga: Atlet Bahrain Mencak-mencak, Juara Maraton Putra Asian Games 2018 Disebut Bermain Curang)

Sebelum Asian Games 2018, sebetulnya sudah lama eSports mendapatkan pengakuan dengan dipertandingkan di berbagai arena internasional.

Sebut saja eGames, Electronic Sports League, FIFA Interactive World Cup, atau League of Legends World Championship, yang rutin berlangsung sampai sekarang.

Entitas-entitas olahraga, seperti klub sepak bola internasional atau yang terbaru adalah ajang balap bergengsi Formula 1, juga memiliki tim atau ajang eSports-nya sendiri.

Banyak figur top olahraga dunia, macam Ruud Gullit dan Fernando Alonso, sekarang ikut mempunyai tim eSports.

Berkaca dari hal tersebut, tidak sedikit yang beranggapan bahwa sudah waktunya eSports menjadi cabang olahraga yang lebih diseriusi di Tanah Air.

Apalagi, jumlah gamer di Indonesia sangat banyak.

“Ada banyak survei terkait gamer di Indonesia. Salah satunya menyebut bahwa jumlah gamer di Indonesia lebih kurang ada 20 sampai 40 juta orang. Tetapi, yang serius hanya sekitar dua hingga tiga juta,” ucap Eddy Lim, Presiden serta Pendiri Asosiasi eSports Indonesia beberapa waktu lalu.

Gamer serius yang dimaksud Eddy adalah mereka yang menganggap dirinya sebagai atlet eSports dan kerap terjun mengikuti berbagai kejuaraan.


Suasana kompetisi esports Point Blank International Championship 2017 di Britama Arena, Mahaka Square, Jakarta, pada 22 Oktober 2017. ( GARENA INDONESIA )

(Baca juga: Ini Banderol Tiket Cabang eSports Asian Games 2018)

Apabila eSports sekarang sudah mulai bisa disejajarkan dengan olahraga pada umumnya, maka adalah wajar jika kemudian ada pandangan eSports perlu mendapatkan perlakuan yang sama agar bisa terus menghadirkan prestasi.

Dalam olahraga pada umumnya, supaya prestasi bisa konsisten dan adanya jaminan ketersediaan atlet, biasanya perlu ada regenerasi serta pembinaan pemain secara kontinu dari usia dini.

Mengenalkan olahraga berprestasi kepada masyarakat sejak usia sekolah merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan.

Dengan melakukan hal tersebut, akan ada semakin banyak orang yang mengenal dan melakukan olahraga berprestasi itu sejak usia muda.

Imbasnya, diharapkan bermunculan bibit-bibit atlet baru yang bisa diproyeksikan menggantikan atlet-atlet senior sekaligus mendatangkan prestasi di masa depan.

Tetapi, tentu saja akan ada sikap pro dan kontra apabila eSports diperkenalkan ke sekolah, apalagi jika sampai dimasukkan dalam mata pelajaran sehari-hari.

Maklum, masih ada anggapan bahwa bermain game adalah aktivitas yang tidak mendidik dan menghambat prestasi anak-anak di sekolah.


Pemain eSports FC Basel, Florian Muller, beraksi lawan pemain eSports Paris St-Germain, Lucas Cuillerier, pada final ESWC FIFA 18 CHallenge di Paris, 5 November 2017. ( THOMAS SAMSON/AFP )

(Baca juga: Tampil di Asian Games 2018, Kucing Ini Jadi Sorotan Media Asing)

“Pasti ada positif dan negatifnya terkait anak-anak sering bermain game,” kata Farhan “Hanss” Akbari, salah satu atlet eSports Indonesia yang berlaga di Asian Games 2018.

“Yang penting sih keseimbangan. Jangan sampai maniak bermain game, diatur waktunya. Kalau anak-anak masih bersekolah, ya saat belajar harus tetap fokus pada pelajaran. Yang penting adalah mengatur porsi kapan bermain game, kapan belajar, kapan bersosialisasi. Kalau hal itu sudah berhasil didapatkan, bermain game akan lebih banyak positifnya,” ucap Hanss lagi.

Hanss tampil di nomor Arena of Valor (AOV) cabang eSport Asian Games 2018 bersama empat atlet lainnya: Glen Kurus Richard, Hartawan Yay WyorZ Muliadi, Ilham Uugajah, dan Muhammad Ahmad.

Pada pertandingan pertama, mereka menghadapi tim Chinese Taipei di BRItama Sports Arena Kelapa Gading, Jakarta.

Andai mampu mengalahkan Chinese Taipei, timnas AOV Indonesia akan bertemu pemenang laga antara Thailand dan China.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P