Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Olahraga bukan hanya tidak mengenal siapa. Lebih daripada itu, olahraga pun tidak mengenal usia, terutama untuk Kejuaraan Dunia Masters Atletik 2018 di Malaga, Spanyol.
Teriakan penonton sudah berdengung, bahkan sebelum sprinter 100 meter Rad Leovic (Australia), Yoshiyuki Shimizu (Brazil), dan Falbir Singh Deol (Inggris) memulai balapannya.
Bukan karena mereka sudah terkenal, melainkan karena ketiganya berada di usia di atas 90 tahun.
Dalam usia nyaris seabad itu, biasanya seseorang sudah terkulai lemah. tetapi, ketiga kakek ini sama sekali tidak.
Dengan seragam dari masing-masing negara, ketiganya terlihat mengikuti perlombaan lari 100 meter Kejuaraan Dunia Masters Atletik 2018 (Kategori usia di atas 90 tahun) dengan amat serius.
(Baca Juga: Dedeh Erawati Sabet Perak 100 Meter Kejuaraan Dunia Masters 2018)
Sesaat setelah pelatuk pistol ditekan, teriakan penonton makin bergema. Shimizu, sprinter Brasil berdarah Jepang itu, melesat sendiri meninggalkan kedua rivalnya.
Ia menuntaskan trek 100 meter dengan catatan waktu 18,46 detik. Tak satu pun penonton menyangka waktu tersebut akan dicapai oleh Shimizu.
Sementara dua rivalnya, Singh dan Leovic, terlihat adu kecepatan untuk memperebutkan posisi dua di belakang Shimizu.
Akhirnya, persaingan itu dimenangi Singh setelah membukukan waktu 25,29 detik. Sementara Leovic mendapat perunggu dengan waktu 26,98 detik.
(Baca Juga: Kenalan dengan Alexandra Sasebes, Fisioterapis Cantik asal Romania di Kejuaraan Dunia Masters Atletik)
Ketiganya terlihat sangat senang dengan hasil tersebut. Mereka seakan tidak lagi peduli siapa yang berhasil meraih podium utama.
“Berhasil menuntaskan trek 100 meter saja kami sudah bahagia,” kata Singh, kepada Bolasport, Kamis (6/9).
Singh mengatakan, ia berlatih intens setiap hari selama satu bulan terakhir untuk Kejuaraan Dunia Masters 2018.
“Saya memang sudah biasa berolahraga hingga umur tua seperti ini. Namun untuk Kejuaraan Dunia Masters 2018, saya berlatih dengan berlari sepanjang empat km per hari selama sebulan terakhir,” tuturnya.
Meski tidak pernah merasakan berdiri sebagai atlet nasional selama ia muda, Singh tak pernah meninggalkan olahraga lari.
Menurut dia, berlari sudah menjadi kewajiban yang mesti dilakukan guna mengisi hari tuanya.
Bagi Singh dan kedua sprinter seusianya, ia jauh-jauh datang ke Malaga hanya untuk merasakan atmosfer pertandingan yang mereka rindukan.
“Kami sangat menyukai kompetisi. Dan, di sini, di kejuaraan ini, rasa tersebut bisa dilampiaskan,” katanya.
(Baca Juga: Menengok Stadion Pembinaan Malaga U-16)
Kejuaraan Dunia Masters memang sudah diselenggarakan sejak 1975. Kejuaraan tersebut hanya dikhususkan bagi atlet atletik dengan usia 35 tahun ke atas.
Bahkan, di Kejuaraan Dunia Masters 2018, terdapat pula sejumlah atlet dengan usia lebih dari seabad.
Selain diramaikan oleh kakek-kakek, kejuaraan tersebut pun dihadiri oleh nenek-nenek. Bahkan, terhitung jumlah atlet nenek-nenek lebih banyak daripada kakek-kakek.
Ke depannya, Singh akan terus mengikuti Kejuaraan Dunia Masters yang digelar dua tahun sekali. Dia sudah menganggap olahraga sebagai kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap lansia.
“Saya menyukai olahraga, dan saya harap bisa terus melakukan ini sampai kapan pun,” tuturnya.
View this post on InstagramValentino Rossi membeberkan ketakutannya jika pensiun dari dunia balap. . #valentinorossi #motogp
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on