Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Berita Asian Para Games 2018 - Mengintip Klasifikasi Cabang Olahraga

By Delia Mustikasari - Senin, 1 Oktober 2018 | 19:17 WIB
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (kemeja putih) saat meninjau cabang olahraga lawn bowls yang akan berkompetisi pada Asian Para Games 2018, di Lapangan Hoki Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (27/9/2018). (NUGYASA LAKSAMANA/BOLASPORT.COM)

Asian Para Games 2018 yang digelar di Jakarta pada 6-13 Oktober mendatang akan mempertandingkan 18 cabang olahraga.

Kedelapan cabang tersebut ialah panahan, atletik, bulu tangkis, boccia, catur, balap sepeda, goallball, judo, lawn bowl, angkat berat, menembak, renang, boling, tenis meja, bola voli duduk, basket kursi roda, anggar kursi roda, dan tenis kursi roda.

Setiap cabang olahraga memiliki klasifikasi masing-masing. Klasifikasi adalah penentuan berat atau ringan kekurangan (impairment) seorang atlet untuk menentukan kelas pertandingan.

Tujuannya, agar pertandingan di setiap kelas berlangsung di level yang seimbang. Proses klasifikasi melibatkan dokter dan atlet bersangkutan melalui proses pemeriksaan dan akan digelar pada 2-5 Oktober.

Nomor pertandingan dalam sebuah turnamen akan ditentukan setelah klasifikasi. Ada kemungkinan nomor dihilangkan jika tidak ada atlet yang masuk kualifikasi tersebut.

Ada tiga klasifikasi umum PI (Physical Impairment) tuna daksa.

(Baca juga: TVRI Siapkan 9 Program Khusus Selama Asian Para Games 2018)

PI ini meliputi kekurangan kekuatan otot, kemampuan bergerak, fungsi anggota tubuh, perbedaan panjang kaki, perawakan pendek (short stature), hypertonia (jumlah otot yang terlalu banyak sehingga bagian tubuh sulit bergerak).

Selain itu, ada ataxia (kekurangan kontrol otot karena gangguan saraf disebabkan cerebral palsy, cedera otak, atau sklerosis) dan athetosis (gangguan saraf yang membuat tak seimbang, tak bisa mempertahankan postur yang simetris, dan membuat gerakan tanpa kehendak, bisa disebabkan oleh cerebral palsy, cedera otak, atau sklerosis).

Berikut pembagian klasifikasi 18 cabang olahraga dalam Asian Para Games 2018.

Anggar kursi roda

Kategori A
Memiliki fungsi bagian tubuh atas yang baik, tetapi fungsi bagian tubuh bawah memiliki kekurangan atau paraplegia.

Kategori B
Kekurangan bagian tubuh atas dan bawah seperti tetraplegia.

Atletik

T: Track (trek) F: Field (lapangan)
Dalam atletik, semakin kecil angkanya setelah huruf T/F, kekurangan sang atlet semakin berat. Begitu pula sebaliknya.


Abdul Halim dan Ahmad Azlan memimpin di depan saat ASEAN Para Games Malaysia 2017.(INAPGOC)

Contoh:

T-11-13: tuna netra
T11/F11: kemampuan pengelihatan sangat rendah/tak bisa melihat cahaya
T12/F12: memiliki kemampuan di atas atlet T11/F11 dan bisa melihat dengan radius kurang dari 5 derajat
T13/F13: memiliki kemampuan melihat kurang dari radius 20 derajat

Lari dan lompat

T-11-13: tuna netra
T20: tuna grahita
T35-38: kekurangan koordinasi (hypertonia, ataxia, dan athetosis)
T40-41: perawakan pendek
T42-44: kekurangan pada tubuh bagian bawah, perbedaan panjang kaki, kekurangan kekuatan otot kaki dan tak menggunakan kaki prosthesis
T45-47: kekurangan pada tubuh bagian atas, kekurangan kekuatan otot atau kekurangan kemampuan bergerak
T61-64: kekurangan pada tubuh bagian bawah dan menggunakan kaki prosthesis

Kursi roda

T32-34: kekurangan koordinasi (hypertonia, ataxia, athetosis)
T51-54: kekurangan fungsi alat tubuh, perbedaan panjang kaki, kekurangan fungsi gerak, dan kekurangan kekuatan otot

Lempar

Nomor lempar dengan berdiri

F11-13: tuna netra
F20: tuna grahita
F35-38: hypertonia, ataxia, dan athetosis
F40-41: perawakan pendek
F42-44: kekurangan pada tubuh bagian bawah, perbedaan panjang kaki, kekurangan kekuatan otot kaki, dan tak menggunakan kaki prosthesis
F45-46: kekurangan pada tubuh bagian atas, kekurangan kekuatan otot, atau kekurangan kemampuan bergerak
F61-64: kekurangan pada tubuh bagian bawah, perbedaan panjang kaki, dan menggunakan kaki prothesis

Nomor lempar dengan duduk

F31-34: hypertonia, ataxia, dan athetosis
F51-57: kekurangan fungsi alat tubuh, perbedaan panjang kaki, kekurangan fungsi gerak, dan kekurangan kekuatan otot.

Boccia

Untuk Boccia, semakin besar angkanya, semakin besar kekurangan yang dimiliki atlet tersebut

Semua atlet boccia menggunakan kursi roda karena kehilangan fungsi kaki dan batang tubuh serta kekurangan fungsi gerak dan kontrol

Kelas Boccia dibagi BC1-BC4

Balap Sepeda


Pebalap sepeda Indonesia,M Fadli Immanudin, beraksi pada nomor trek putra 1 Kilometer kelas C4 pada ASEAN Para Games Minggu (17/9/2017).(INASGOC)

Atlet tuna daksa turun di handcycle, tricycle, atau bicycle. Atlet tuna netra di tandem.

Sama seperti atletik, semakin kecil angka setelah huruf mengindikasikan semakin berat kekurangan yang dimiliki atlet tersebut.

Handcycle: H1-H5
Tricycle: T1-T2
Bicycle: C1-C5
Tandem (TB): B1-B3

Basket Kursi Roda


Tiga atlet bola basket kursi roda Indonesia berlatih Lapangan Basket The Breeze BSD CIty Tangerang, Rabu (19/9/2018).(TRI MEILINA/BOLASPORT.COM)

Klasifikasi 1.0 hingga 4.5. Kelas 1.0 berarti atlet tersebut memiliki gerakan paling terbatas.

Kelas 4.5 berarti memiliki kekurangan terminim. Biasanya, para atlet basket kursi roda memiliki kekurangan di bagian kaki dan memiliki tangan yang berfungsi dengan baik.

Boling

TPB 1-3: tuna netra
TPB 4: tuna grahita
TPB 8-10: tuna daksa

Bulu Tangkis


Pertandingan test event Asian Para Games 2018 cabor Para Badminton (ganda campuran) antara Jawa Barat, Susanto Hary/Oktila Leani kontra Jawa Barat, Briliansyah Hafiz/Adinda Nugrahaeni di Istora Senayan pada Kamis, (28/6/2018).(IMADUDIN ADAM/BOLASPORT.COM)

Dibagi dalam dua kelas:

Kursi Roda: WH1 dan WH2
Berdiri: SL (kekurangan di bagian tubuh bawah), SU (kekurangan di bagian tubuh atas), dan SS (perawakan pendek)

Catur

Untuk atlet tuna netra: B1-3

Goal Ball

Semua atlet yang bertanding di cabang ini merupakan tuna netra. B1-B3 menjadi kelas yang menentukan tingkat penglihatan.

Semakin rendah, semakin berat kekurangan atlet. Klasifikasi tingkat kekurangan penglihatannya sama dengan atletik.

Judo

Semua atlet yang bertanding di cabang ini merupakan tuna netra. B1-B3 menjadi kelas yang menentukan tingkat penglihatan.

Semakin rendah, semakin berat kekurangan atlet. Klasifikasi tingkat kekurangan penglihatannya sama dengan atletik.

Lawn Bowls


Para atlet difabel lawn bowls Indonesia saat berlatih di Lapangan Hoki Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (22/9/2018). (TRI MEILINA/BOLASPORT.COM)

B1-4: tuna netra
B5-8: tuna daksa (berdiri/kursi roda)

Menembak


Riyanti, salah satu atlet difabel menembak Indonesia, sedang berlatih di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta pada Jumat (21/09/2018), menjelang berlangsungnya Asian Para Games 2018(TRI MEILINA/BOLASPORT.COM)

Kelasnya dibagi berdasarkan kekurangan di bagian tubuh atas atau bawah.
SH1, SH2, SG-2, SG-L, SG-U.

Panahan

Dibagi dalam dua kelas,l yakni W1 (kursi roda) dan open (berdiri).

Renang

S: gaya bebas, gaya kupu-kupu, dan gaya punggung
SB: gaya dada
Angka setelah huruf menunjukkan kekurangan.
1-10: tuna daksa
11-13: tuna netra
14: tuna grahita

Tenis Kursi Roda

Open class: kekurangan di kaki, seperti amputasi atau paraplegia
Quad class: kekurangan di kaki dan tangan

Tenis Meja

Kelas 1-5: menggunakan kursi roda
Kelas 1-10: kekurangan di bagian tubuh
Kelas 11: tuna grahita

Voli Duduk


Salah satu cabang olahraga Peparnas 2016, voli duduk, rencananya akan digelar di Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua, Jawa Barat.(BUDI KRESNADI/JUARA.NET)

MD (minimally disabled) dan D (disabled). MD memiliki kekurangan terminim, demikian sebaliknya.

Dalam sebuah tim, hanya boleh seorang pemain berstatus MD yang berada di dalam lapangan ketika pertandingan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Selamat Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2018 . #pancasila #harikesaktianpancasila2018

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P