Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Hasil Korea Masters 2018 - Yulfira/Jauza Kalah dari Pasangan Tuan Rumah, Wakil Indonesia Tak Tersisa

By Samsul Ngarifin - Sabtu, 1 Desember 2018 | 14:08 WIB
Pasangan ganda putri Indonesia, Yulfira Barkah (belakang)/Jauza Fadhila Sugiarto, mengembalikan kok dari pasangan Jepang, Sayaka Hobara/Nami Matsuyama, pada babak semifinal Kejuaraan Dunia Junior di Bilbao, Spanyol, Sabtu (12/11/2016). (BADMINTONINDONESIA.ORG)

Hal itu membuat pasangan tuan rumah mampu meraih 10 angka beruntun untuk mengubah kedudukan menjadi 19-8.

Pada akhirnya, Chang/Jung berhasil memenangkan gim pertama dengan margin 11 poin atas Yulfira/Jauza.

Pada gim kedua, pasangan tuan rumah memulai pertandingan dengan lebih baik. Chang/Jung mampu memimpin sejak awal lagi.

Ketika tertinggal 5-8, Yulfira/Jauza sempat membalikkan kedudukan menjadi 10-8.

Namun, pasangan tuan rumah berhasil menutup interval gim kedua dengan keunggulan 11-10.

Selepas jeda interval gim kedua, Yulfira/Jauza berusaha mengejar keunggulan lawan.

Pada akhirnya, Chang/Jung berhasil meraih tiket final setelah memenangkan gim kedua dengan keunggulan lima poin.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P