Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Korea Masters 2018 - Praveen/Melati dan Yulfira/Jauza Tersingkir, Indonesia Belum Berhasil Pecah Telor

By Samsul Ngarifin - Sabtu, 1 Desember 2018 | 15:41 WIB
Pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, saat menjalani pertandingan melawan wakil tuan rumah, Chang Tak Ching/Ng Wing Yung, pada babak pertama Hong Kong Open 20118 di Hong Kong Coliseum, Selasa (13/11/2018). (BADMINTON INDONESIA)

Pasangan tuan rumah berhasil meraih kemenangan atas Yulfira/Jauza setelah unggul 21-10, 21-16.

Sedangkan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti kalah dari pasangan Choi Solgyu/Shin Seung Chan dengan skor 20-22, 21-18, 17-21.

Hasil tahun ini lebih baik daripada tahun lalu, dimana Indonesia hanya meloloskan satu wakil pada semifinal.

Saat itu pasangan ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, berhasil lolos ke semifinal Korea Masters 2017.

Sayangnya, Hafiz/Gloria dikalahkan oleh pasangan tuan rumah, Seo Seung-jae/Kim Ha-na dengan skor 15-21, 11-21.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P