Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada Indonesia Masters 2019, perjalanan Praveen/Melati terhenti pada babak kedua setelah kalah dari Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China), 16-21, 12-21.
"Zheng/Huang secara skill, tidak terlalu istimewa. Tetapi, mereka konsisten. Kini, mereka harus bekerja keras karena komunikasi mereka di lapangan bagus," ucap Nova.
Nova mencontohkan setelah Trikus Harjanto/Minarti Timur meraih medali perak pada Olimpiade Sydney 2000 ada masa transisi di nomor ganda campuran selama setahun sebelum menemukan pasangan mapan lainnya.
"Semoga setelah Tontowi/Liliyana masa transisinya tidak sampai setahun karena Mei sudah mulai penghitungan poin Olimpiade. Untuk ganda campuran lainnya juga harus didorong karena kalau tidak mau kapan lagi?"
"Memang mencari pemain yang punya skill seperti Liliyana itu tidak mudah. Apalagi jika pasangan ganda campuran yang memadukan senior-junior seperti Alfian Eko Prasetya/Marsheilla Gischa Islami. Eko harus bisa membimbing. Tetapi, tidak ada yang tidak mungkin," tutur Nova.
Baca Juga : Kevin Sanjaya Sukamuljo: Kalau Saya Kalah, Dunia seperti Mau Kiamat
Nova juga bertekad memacu pemain junior agar Indonesia tidak kehilangan regenerasi setelah Tontowi/Liliyana.
"Pasangan junior butuh ketenangan karena masih suka panik saat bertanding. Jadi, masih harus dipecut dulu apakah mereka mau segera berprestasi atau nanti," ucap Nova.
Beberapa pasangan yang menjadi harapan setelah Praveen/Melati dan Hafiz Faizal ialah Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti, Ronald/Annisa Saufika, Alfian/Marsheilla, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, dan Akbar Bintang Cahyono/Winny Oktavina Kandow.