Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Zhang lalu diajak berkunjung ke sekolah olahraga dan diberi kesempatan untuk memilih. Zhang sempat melihat bola basket dan bola voli. Tetapi, pelatih yang ada di sana menyarankan agar dia tidak memilih kedua cabang tersebut karena ukuran badan Zhang yang tidak tinggi.
"Saya juga melihat tenis meja dan olahraga lain, tetapi tetap tidak tertarik. Lalu saya melihat kok bulu tangkis. Sebelumnya saya tidak pernah tahu atau mendengar tentang bulu tangkis. Tetapi, ketika melihat kok bulu tangkis saya langsung jatuh cinta, karena bentuknya yang aneh dan cantik," kata Zhang.
"Ketika itu, saya bermain untuk bersenang-senang dan terutama supaya saya tidak sakit lagi. Ternyata benar, setelah rutin berolahraga saya mulai tidak merasakan sakit lagi. Badan saya semakin kuat. Dan setelah dua tahun berlatih, saya ikut turnamen di China. Itu merupakan satu-satunya turnamen di China yang saya ikuti," aku Zhang.
Baca Juga : Djarum Superliga Badminton 2019 - Andalkan 1 Pemain Asing, Berkat Abadi Siap Tantang Tim Besar
Pada 2004, ketika berusia 14 tahun, Zhang akhirnya memutuskan pindah ke Singapura. Zhang menyebut bahwa itu merupakan satu-satunya pilihan yang dia punya jika ingin meneruskan karier sebagai pemain bulu tangkis. Tiga tahun kemudian, dia pindah warga negara dan mulai membela tim nasional Singapura.
Pada 2012, dia pergi ke Amerika Serikat. Awalnya, dia pergi ke San Francisco karena memiliki teman di sana. Dia lalu hijrah ke Las Vegas karena di sana ada klub bulu tangkis yang membuka peluang untuk Zhang bergabung.
"Sebelum ke Amerika, saya sudah tidak bermain bulu tangkis selama hampir dua tahun. Saya tetap berhubungan dengan bulu tangkis, tetapi sebagai pelatih. Waktu pertama datang ke Las Vegas, saya dites. Saya kaget karena saya bisa mengalahkan semua pemain yang ada di klub itu. Di Amerika memang tidak banyak pemain bagus," kata Zhang.
"Saya senang tinggal di Las Vegas karena di sana biaya hidup murah. Awalnya, bahasa memang menjadi kendala utama. Ketika di Singapura, saya tidak banyak memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Saya mengerti apa yang dikatakan orang, tetapi sulit untuk berkata-kata," kata Zhang menambahkan.
Baca Juga : Djarum Superliga 2019 - Kevin Sanjaya: Laga Lawan Marcus/Hendra Jadi Pemanasan untuk All England
Dari sekian banyak tempat atau negara yang pernah dikunjungi, Zhang menyebut Jepang sebagai favoritnya. Singapura jadi pilihan berikutnya. Yang pasti, dia mengaku tidak ada keinginan untuk tinggal menetap di negara kelahirannya, China.
Lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 merupakan target besar Zhang. Untuk mewujudkan target tersebut, dia sudah menyusun beberapa strategi tahun ini. Dia menargetkan satu gelar di turnamen World Tour Super 300, lalu minimal menembus semifnal turnamen World Tour Super 750 dan 1000.