Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menurut pelatih asal Korea Selatan ini, kegagalan Jepang dalam mengamankan dua nomor tunggal menjadi faktor utama mereka bisa disapu bersih oleh China.
Park Joo-bong berpendapat bahwa seharusnya Akane Yamaguchi (tunggal putri) dan Kento Momota (tunggal putra) bisa tampil lebih baik pada laga tadi.
"Yamaguchi sudah unggul 11-6 (pada gim ketiga) tetapi dia tak mampu melanjutkan keunggulannya. Itu sebuah kesalahan besar," kata Joo-bong dikutip BolaSport dari laman BWF.
Sedangkan untuk Momota, Joo-bong menyebut stamina tunggal putra nomor satu dunia itu sudah terkuras karena hampir selalu dimainkan Jepang di Piala Sudirman 2019 (kecuali partai pertama).
Terlebih Kento Momota yang mendapat perlawanan alot Anthony Sinisuka Ginting di semifinal, Sabtu (25/5/2019) malam, tak mendapat waktu istirahat yang cukup.
"Kento bermain bagus pada gim pertama tetapi mulai melambat pada gim kedua. Dia hampir selalu bermain untuk kami, kecuali pada laga perdana," ujarnya.
"Dia tidak mendapat waktu istirahat yang cukup setelah laga kemarin (Sabtu, red) yang berakhir larut. Dia mencoba meningkatkan tempo tetapi tidak bisa," tutur Park Joo-bong memungkasi.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik dari Final Piala Sudirman 2019 antara China dan Jepang
Sementara itu, suasana hati yang berbeda dapat dirasakan dari komentar salah satu pelatih China, Xia Xuanze.
Xia Xuanze menyebut keberhasilan China menjadi juara Piala Sudirman 2019 tak lepas dari evaluasi yang sudah mereka lakukan.
Menurut pria 40 tahun ini, China sudah banyak belajar dari kekalahan yang mereka rasakan dari Korea Selatan pada final Piala Sudirman 2017.
"Kami telah menyiapkan diri untuk menghadapi semua skenario. Ini di luar dugaan karena kami bisa menang 3-0," ujar Xia Xuanze.
"Sejak gagal di Piala Sudirman 2017, kami memelajari kelemahan dan kekuatan kami. Kami mendapat banyak pengalaman dan itu membawa kami meraih kesuksesan hari ini," katanya.