Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Saya berbicara dengan psikolog olahraga. Saya tak tahu seperti apa perasaan depresi, tetapi saya ada pada titik terendah dan merasa hilang. Entah apa yang harus saya lakukan terhadap diri sendiri, karena saya mengira saya bisa bahagia hanya dengan bermain tenis," tutur Murray.
"Namun, saya juga tidak bisa menikmati tenis karena perasaan sakit tersebut. Meski memenangi beberapa pertandingan, tidak ada kegembiraan yang saya rasakan. Yang ada malah saya justru semakin tertekan karena pinggang saya semakin sakit," ucap atlet berusia 32 tahun itu.
Seiring dengan proses penyembuhan yang dia jalani, Andy Murray tidak menampik dia sudah tidak khawatir andai harus pensiun dini dari olahraga yang membesarkan namanya tersebut.
Baca Juga: Standar Atlet Indonesia Dinilai Sudah Naik Setelah Asian Games 2018
"Saya sempat takut tidak bisa bermain tenis lagi, tetapi perasaan tersebut sudah hilang. Kalau memang saya tidak bisa bermain lagi, saya akan terima," kata Murray.
"Selama ini saya sudah menahan sakit yang saya rasakan dan itu berdampak ke semua orang. Sekarang saya sudah sadar bahwa ada hal-hal yang lebih penting. Saya tak butuh tenis untuk bisa bahagia," tutur atlet yang baru saja mendapat gelar kebangsawanan Sir itu.