Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pukki sendiri mengatakan, kepindahan ke Spanyol itu terlalu cepat baginya yang masih muda dan belum tahu kejamnya dunia.
Ia kemudian hijrah ke Schalke 04 di Bundesliga sebelum kembali mengalami kegagalan saat membela Celtic di Liga Skotlandia. Besarnya tekanan dan harapan jadi penyebab, menurut Pukki.
Hal ini pula yang kemudian membuat banyak pihak ragu saat Norwich menggaetnya musim panas lalu.
Akan tetapi, Pukki sudah membuktikan diri. Empat musim bersama Brondby di Denmark sudah cukup membuatnya lebih dewasa dan siap bersaing di liga papan atas Eropa.
Stuart Webber, Direktur Olahraga Norwich, mengatakan bahwa ia sudah memantau Pukki enam tahun sebelum memboyongnya ke Carrow Road.
Tak hanya insting mencetak gol di depan gawang lawan, kemampuan Pukki untuk menyokong rekan-rekannya di lini depan membuatnya jadi penyerang sempurna Norwich arahan Daniel Farke.
Tim asuhan Farke memang dikenal sebagai tim yang bermain menyerang dengan tingkat kebersamaan tim yang tinggi. Sembilan assist berhasil diciptakan Pukki musim lalu.
"Saya berkembang 100 persen sebagai pemain di Norwich," tutur Pukki. "Saya bukan pemain malas, tetapi gaya bermain di sini membuat saya mau bekerja lebih keras untuk tim. Saya suka menjadi penyerang di tim ini."
Setelah musim lalu mengobrak-abrik divisi dua, kini giliran kasta teratas yang harus siap berpesta. Premier League sebagai salah satu pesta paling meriah di dunia siap jadi penggung Pukki untuk berdansa.
Bersiaplah untuk menyambut pesta kambing paling tajam di seantero Eropa. Seperti kata fan Norwich - No Pukki, No Party!
Baca seri Liga Inggris MadLad lainnya di tautan ini.