Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Tangan emas Brendan Rodgers sepertinya kini jadi penyelamat Leicester City bersama reinkarnasi N'Golo Kante.
Liga Inggris MadLad adalah seri mingguan BolaSport.com yang membahas lebih dalam dan sisi lain Premier League. Baca seri Liga Inggris MadLad lainnya di sini.
Leicester City berhasil menang 5-0 atas Newcastle United. Laga pekan ketujuh yang dihelat pada hari Minggu (29/9/2019) ini menunjukkan banyak hal.
Selain memperlihatkan kehancuran Newcastle yang sudah di depan mata, Leicester City seperti sedang kembali merajut asa untuk pulang ke papan atas, sesuatu yang tak terjadi sejak mereka jadi juara.
Bukan angan-angan semata, kehadiran Brendan Rodgers adalah kuncinya. Datang dari Celtic pada awal Maret lalu, semua yang disentuh eks pelatih Liverpool itu kini berubah jadi emas.
Catatan poin misalnya. Ia sudah mengemas 31 poin bersama Leicester sejak datang ke King Power Stadium. Pada jangka waktu yang sama, hanya Liverpool (49 poin) dan Manchester City (43) yang punya catatan angka lebih banyak.
Kembali berlaga di Liga Champions musim depan sepertinya bukan sebuah harapan kosong semata. Tak hanya lawan Newcastle, Leicester asuhan Rodgers juga sempat mengalahkan Arsenal dan Tottenham Hotspur.
Kegemilangan ini sebenarnya karena Rodgers mampu memaksimalkan peran dan fungsi setiap pemain yang ada. Jamie Vardy adalah contoh paling nyata, tetapi pemain lain juga tak kalah sinarnya.
Baca Juga: Kekuatan Mafia Italia Bikin Bek Afrika Disingkirkan dari AC Milan
Tebak siapa pemain di Liga Inggris yang paling tajam di depan gawang sejak Rodgers kembali ke kompetisi ini? Yap, Jamie Vardy.
Sejak Maret lalu, Vardy sudah mencetak 14 gol dalam 17 laga. Total selama 2019, Vardy sudah mengemas 17 gol. Sepanjang kalender tahun ini, ia hanya kalah dari Sergio Aguero (20 gol) dan Sadio Mane (18).
"Vardy punya banyak kualitas," tutur Rodgers usai laga lawan Newcastle. "Sentuhannya, berlari di belakang bek, bagi saya ia pemain yang cerdas. Permainan kami cepat dan itu gaya yang cocok untuknya. Dia benar-benar brilian sejak saya datang."
Tak hanya di lini depan, lini belakang juga menunjukkan kelasnya. Ditinggal Harry Maguire nyatanya tak membuat Leicester jadi gampang dibobol.
Adalah Calgar Soyuncu, bek pengganti Maguire yang sebelumnya hampir tak dikenal namanya. Ia didatangkan dari Leicester City musim lalu dari SC Freiburg meski kemudian tak banyak bermain.
Musim ini, sepeninggal Maguire, Soyuncu bisa dengan apik menutup lubang di lini belakang dan selalu bermain penuh di setiap laga, berduet dengan Jonny Evans.
Leicester kini baru kebobolan lima gol, yang tersedikit di antara tim lain di Premier League, sama dengan Liverpool.
Dengan gaya permainan yang cepat, serangan balik, selalu menekan lawan, dan bek sayap kerap membantu serangan, Rodgers butuh pemain di lini tengah yang bisa jadi penyeimbang tim.
Dulu, Leicester memiliki N'Golo Kante yang seperti tak punya lelah untuk terus berlari. Kini mereka punya pemain serupa, hanya saja ia bisa dikatakan sebagai reinkarnasi yang tak sama, meski tetap sempurna untuk tim Leicester saat ini.
Baca Juga: Andai Datangkan Mandzukic, Manchester United Cukup Tebus Rp157 Miliar
Berbeda dengan musim 2015-2016 saat jadi juara, The Foxes saat ini lebih bersahabat dengan penguasaan bola. Hal ini sedikit berbeda dengan pola serangan balik cepat yang digunakan Claudio Ranieri saAT itu, meski bayang-bayang tim saat itu kini masih bisa terlihat.
Dalam pola dua gelandang tengah andalan Rodgers, Wilfred Ndidi adalah pemain inti, sama seperti Kante saat itu yang berduet dengan Danny Drinkwater.
Ndidi dan Kante sama-sama gelandang perebut bola yang efektif. Pada laga melawan Newcastle ia membuat sembilan tekel dan lima intersep.
Kini ia memuncaki daftar dua hal tersebut di Liga Inggris dengan 33 tekel dan 23 intersep. Saat Leicester jadi juara, Kante jadi pemuncak dalam daftar serupa musim itu.
Meski tampak serupa dari luar, sebenarnya hanya itu persamaan antara Ndidi dan Kante.
Pada laga lawan Newcastle, Ndidi berhasil mencetak gol kelima pada menit ke-92. Hal yang sebenarnya menunjukkan bagaimana gaya permainan Ndidi sebenarnya.
Gol tersebut adalah kali pertama dalam laga kontra Newcastle ia menyentuh bola di dalam kotak penalti lawan. Itu juga hanya jadi kali ketiga ia menyentuh bola di sepertiga akhir lapangan. Waktunya lebih banyak dihabiskan di daerah pertahanan sendiri.
Hal ini berbeda dengan Kante yang dengan stamina luar biasa akan berlari ke semua sudut lapangan dan membawa bola dari belakang ke depan. Ndidi lebih sering hanya duduk di belakang, menjadi pelindung dan penyeimbang.
Meski baru berusia 22 tahun, Ndidi sudah punya banyak pengalaman dengan musim ini adalah musim keempatnya di Liga Inggris, meski tak secara penuh.
Baca Juga: Serie A Ti Amo - Usaha Pekerja Kantoran Milenial Alexis Sanchez yang Makan Tuan
Ndidi didatangkan dari Genk pada Januari 2017 dengan mahar 17,6 juta euro. Sejak saat itu ia sudah bermain 108 kali untuk Leicester dalam dua setengah tahun.
Pada laga lawan Newcastle, ia menyentuh bola 84 kali dan umpannya 91,8 persen sukses dengan kebanyakan hanya mengalirkan bola ke samping. Pekerjaan sederhana yang memang dibutuhkan dari tim Leicester saat ini.
Dengan ia ada di belakang, bek sayap Leicester, Ben Chilwell dan Ricardo, bisa leluasa untuk keluar menyerang. Begitu juga dengan partnernya di lini tengah, entah itu Youri Tielemans atau pemain lain.
Seperti itulah Ndidi, reinkarnasi Kante yang dianggap sebagai pria yang bisa membuat pemain lain di sekitarnya jadi lebih baik lagi. Kehadirannya membuat pemain lain jadi bisa leluasa untuk mengekspresikan diri, dan Leicetser dibuat beruntung karena hal tersebut.
Kecuali jika laga sudah memasuki tambahan waktu babak kedua, mereka menang 4-0, dan lawan bermain dengan 10 orang.
Maka saat itu Ndidi mungkin akan meninggalkan tugasnya, berlari ke lini depan, dan mencetak gol. Rodgers sepertinya tak akan mempermasalahkan hal tersebut.
Anda bisa membaca seri Liga Inggris MadLad lain di tautan ini.