Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Zarco pun mengungkapkan alasannya kenapa lebih memilih bergabung ke Honda daripada Yamaha.
"Saya ingin menjadi pembalap yang top. Pembalap yang top perlu ikut balapan," ujar Zarco dikutip Bolasport.com dari Crash.
"Membalap menjadi hal yang paling utama saat ini, bahkan mungkin untuk beberapa tahun ke depan."
"Itulah mengapa saya memilih menerima tawaran Lucio Cecchinello (bos LCR) daripada hanya menjadi pembalap penguji," imbuhnya.
“I realised at home that racing is what I want to do!” ????️ - @JohannZarco1
The smile is back on the face of the Frenchman! Zarco is here to enjoy the opportunity he's been given! ❤️#AustralianGP ???????? pic.twitter.com/ji0gCDCJ9F
— MotoGP™ ???????? (@MotoGP) 24 Oktober 2019
Zarco bahkan menyatakan rela untuk "turun kasta" ke kelas Moto2 asalkan diberi kesempatan untuk melakoni balapan.
"Masa depan saya bersama LCR Honda mungkin sangat singkat. Namun, tetap saya pilih karena ini cara terbaik untuk tetap ikut balapan," tuturnya.
"Bahkan jika saya harus kembali ke Moto2, saya akan mencoba berbicara dengan beberapa tim untuk merekrut saya musim depan."
"Keinginan saya sederhana. Saya hanya ingin menjalani 20 race di atas motor saya," ujarnya tegas.
Unsurprisingly, @JohannZarco1 is keen to get going! ????
The Frenchman gets his first taste of the @lcr_team Honda as FP1 begins! ????#AustralianGP ???????? pic.twitter.com/mZvJK7VMnN
— MotoGP™ ???????? (@MotoGP) 24 Oktober 2019
Pernyataan tersebut secara tersirat menunjukkan kekecewaan Zarco kepada tim Yamaha.
Menurutnya, tim berlogo garpu tala tersebut memandangnya sebelah mata karena hanya menawarinya posisi sebagai pembalap penguji.