Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Thiago Motta bukan mengubah pakem permainan sepak bola. Ia hanya mencetak rekor yang mungkin tak akan ada duanya.
Serie A Ti Amo adalah seri mingguan BolaSport.com yang membahas lebih dalam dan sisi lain Liga Italia. Baca tulisan Serie A Ti Amo lainnya di sini.
Akhir tahun 2018 lalu, sekitar bulan November, Thiago Motta sempat menggegerkan jagat sepak bola dunia dengan taktik yang dianggap revolusioner.
Usai gantung sepatu akhir musim 2017-2018, saat itu mantan pemain Inter Milan dan Paris Saint-Germain (PSG) tersebut menjabat sebagai pelatih tim U-19 PSG.
Dalam sebuah wawancara, banyak media terutama media berbahasa Inggris yang kemudian mengutip perkataannya tentang menggunakan formasi 2-7-2 dengan kiper sebagai salah satu gelandang.
Sempat menggegerkan, nyatanya taktik yang dianggap sangat luar biasa berbeda ini sebenarnya hanyalah sebuah korban dari mistranslasi dan kutipan yang tak lengkap.
Dalam penjelasannya, yang dimaksud Motta ketika menjelaskan pola 2-7-2 tersebut adalah menghitung dari kanan ke kiri, bukan depan ke belakang seperti pola permainan pada umumnya.
Kini, Thiago Motta baru saja menjalani debutnya sebagai pelatih di tim senior dengan menukangi Genoa di Serie A. Ia langsung muncul dengan rekor yang mungkin tak akan terulang lagi sepanjang masa.
Baca Juga: Liga Inggris MadLad - Takdir Memilih Jalan Berbeda untuk Keluarga Schmeicel dan Gunn
Awal musim ini, penampilan Genoa di Liga Italia sangat buruk dengan hanya menang satu kali dalam delapan laga perdana dan berkutat di posisi ke-19. Pelatih Aurelio Andreazzoli jadi korban dan dipecat.
Sebagai penggantinya, Genoa kemudian menunjuk mantan pemain yang pernah berada di klub musim 2008-2009, Thiago Motta. Laga melawan Brescia, Sabtu (26/10/2019), menjadi debutnya sebagai pelatih utama.
"Menghitung dari kanan ke kiri, itu bisa dikatakan pola 2-7-2. Saya memasukkan kiper sebagai tujuh pemain tengah," ujar Motta tahun lalu.
"Bagi Saya, penyerang adalah pemain bertahan pertama sedangkan kiper merupakan pemain menyerang pertama. Permainan dimulai dari penjaga gawang, lewat kakinya, dan para pemain depan menekan untuk merebut bola kembali."
OFFICIAL: Thiago Motta has been named as the new permanent Genoa manager..
It will be interesting to see how he does in his first senior role as a manager!
???????????? pic.twitter.com/MCrjbg67J0
— Oddschanger (@Oddschanger) October 23, 2019
Pada laga melawan Brescia, Motta tak menggunakan pola ini, jika merunut dari pernyataannya yang menghitung dari sisi ke sisi, bisa dikatakan ia menggunakan pola 1-9-1.
Dalam pola standar, formasi yang Motta terapkan tadi malam bisa disebut pola 4-4-2 diamond dengan empat pemain di lini tengah berada di tengah, dua pemain di sisi pinggir lapangan hanya dua bek sayap.
Seperti kehidupan, debut Motta tentu tak berjalan sempurna. Babak pertama mereka tertinggal 0-1 lewat tendangan bebas Sandro Tonali yang mungkin akan jadi gol terbaik Serie A musim ini.
Di sini, kemampuan Motta sebagai pelatih diuji. Ia harus bisa meyakinkan masyarakat Liguria bahwa ia adalah sosok paling tepat untuk membawa Il Grifone melaju jauh di Liga Italia.
Motta melakukannya tak hanya dengan brilian, dengan pergantian pemain paling sempurna sepanjang sejarah, ia menorehkan tinta emas untuk dirinya sendiri.
Baca Juga: Serie A Ti Amo - Lazio, Si Ferrari dengan Seribu Wajah, Mana yang Asli?
Pada awal babak kedua, Motta mengganti Ivan Radovanovic dengan Kevin Agudelo. Praktis formasi ini membuat mereka lebih menyerang dan lebih mengandalkan sisi sayap, dengan kini ada empat pemain di sana - atau bisa dibilang formasi 2-7-2.
Motta juga memasukkan Goran Pandev serta Christian Kouame untuk menambah daya gedor Genoa.
Hasilnya, selang 20 menit sejak masuk ke lapangan, Agudelo yang masuk pada awal babak kedua mencetak gol dan menyamakan kedudukan lewat tendangan keras kaki kiri.
Kouame tak ketinggalan, 10 menit setelah masuk, ia membalikkan keadaan lewat eksekusi tendangan gunting indah dan membuat Genoa menang 2-1.
Empat menit kemudian, Pandev mengamankan kemenangan Genoa lewat gol kaki kiri, 21 menit setelah dimasukkan Motta ke lapangan. Genoa menang 3-1.
3 - For the first time in Serie A history, a team have scored with all their three subs on players. Magic.#GenoaBrescia #SerieA pic.twitter.com/RLTevlzpEz
— OptaPaolo (@OptaPaolo) October 26, 2019
Dalam sejarah Serie A, belum pernah ada tiga pemain pengganti yang kemudian semuanya mencetak gol dalam satu pertandingan untuk satu tim yang sama. Tiga pergantian sempurna yang masuk dalam buku sejarah Liga Italia.
Akan tetapi, hal tersebut bukanlah yang terpenting. Selain tambahan tiga poin, Genoa kini seperti memiliki semangat baru dan juga identitas permainan yang baru, identitas yang memang sudah dikatakan Motta sejak lama.
"Ide saya adalah untuk bermain menyerang," ujar Motta saat masih di PSG U-19. "Saya ingin tim yang mengontrol permainan dengan umpan pendek, menaikkan garis tekanan, dan banyak bergerak dengan atau tanpa bola."
"Saya ingin pemain yang memiliki bola selalu punya tiga atau empat solusi dan ada dua rekan didekatnya untuk membantu."
Baca Juga: Serie A Ti Amo - Lukaku, Ular Pembunuh Setan dan Orang Suci
"Hal yang sulit di sepak bola adalah soal melakukan hal-hal yang sebenarnya sederhana seperti menguasai pertahanan, melakukan umpan, atau lepas dari kawalan lawan."
"Saya tak suka mengkotak-kotakkan formasi karena itu bisa saja menjebak anda. Anda bisa bermain sangat menyerang dengan 5-3-2 atau bertahan dengan 4-3-3. Tergantung kualitas dari para pemain."
Kini, Motta mendapat tantangan besar untuk menerapkan ide-idenya tersebut dalam sabana yang sesungguhnya. Padang rumput yang penuh dengan predator ganas bernama Serie A.
Thiago Motta's first match as Genoa manager:
34'—trail 0-1 to Brescia
— B/R Football (@brfootball) October 26, 2019
45'—brings on Kevin Agudelo
58'—brings on Goran Pandev
65'—brings on Christian Kouame
66'—Agudelo scores; 1-1
75'—Kouame scores; 2-1
79'—Pandev scores; 3-1 pic.twitter.com/x11UZuwZ65
Satu yang ingin dikatakan Motta adalah, sepak bola bukan permainan sederhana soal pola formasi 4-4-2 lawan 4-3-3. Sepak bola memiliki sesuatu yang lebih kompleks soal taktik dan strategi.
Satu laga kontra Brescia, Motta berhasil menaklukkannya. Bukan berarti ia akan terus berhasil selamanya. Sisa musim ini bisa jadi tolok ukur seberapa jauh kemampuan membaca permainan Motta bisa menaklukkan salah satu liga terbaik di dunia.
Jika berhasil, semua pelatih di dunia mungkin akan mulai mencoba memahami dan mengerti bagaimana Motta melihat permainan dan juga penerapannya.
Jika gagal, well...
Baca artikel Serie A Ti Amo lainnya di sini.