Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Banyak pecinta sepak bola Indonesia yang berharap agar PSSI bisa lebih baik.
Namun rupanya, permintaan itu tidak sesuai harapan karena masih banyak juga suporter Indonesia yang berbuat kerusuhan, lantas bagaimana nasib sepak bola kita?
Kongres PSSI yang digelar pada 2 November 2019 diharapkan mampu melahirkan kepengurusan yang benar-benar membawa perubahan di persepakbolaan Indonesia hingga empat tahun ke depan.
Salah satunya prestasi dari timnas Indonesia yang sampai saat ini belum juga lahir dan tentu saja membuat suporter kecewa.
Belum sempurnanya PSSI juga ditularkan dengan sikap tidak dewasanya beberapa pendukung klub di Indonesia, sebut saja Persebaya Surabaya, Bonek.
Beberapa oknum Bonek mengamuk setelah Persebaya Surabaya menelan kekalahan 2-3 dari PSS Sleman pada pekan ke-25 Liga 1 2019 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/10/2019).
Baca Juga: Mantan Klub Comvalius dan Van Dijk Tak Jadi Degradasi ke Liga 2 Thailand
Mereka meluapkan kekecewaannya dengan menghancurkan beberapa fasilitas Stadion GBT lantaran Persebaya Surabaya belum meraih kemenangan dalam lima laga terakhir.
Komdis PSSI pun kemungkinan besar akan memberikan sanksi berat kepada Bonek dan Persebaya Surabaya.
Sebelum kerusuhan di Surabaya, kericuhan datang saat PSIM Yogyakarta kalah 2-3 dari Persis Solo pada laga terakhir Grup Timur Liga 2 2019 di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta.
Baca Juga: Tangan Stephen Curry Patah, Golden State Warriors pun Kembali Kalah
Oknum suporter PSIM Yogyakarta beramai-ramai masuk ke dalam lapangan sebelum pertandingan berakhir karena kecewa timnya gagal menang dan tidak berhasil melaju ke babak delapan besar Liga 2 2019.
Jauh dari itu ada kejadian yang juga cukup mencoreng persepakbolaan Indonesia di mata dunia.
Saat itu, oknum suporter timnas Indonesia masuk ke dalam lapangan dan melakukan serangan ke pendukung timnas Malaysia dalam laga perdana babak penyisihan Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, 5 September 2019.
Baca Juga: Gol Divock Origi Membuat Unai Emery Gagal Wujudkan Omongannya Dahulu
Kerusuhan itu membuat PSSI mendapatkan hukuman dari FIFA.
Tidak tanggung-tanggung, FIFA menjatuhkan hukuman denda sebesar Rp 643 juta kepada PSSI.
Beberapa kasus kerusuhan yang terjadi di Indonesia mengundang komentar dari CEO Save Our Soccer, Akmal Marhali.
Baca Juga: Ikuti Jejak Persija, Aji Santoso Latih Persebaya pada Sisa Musim 2019
Ia menyayangkan sikap suporter yang masih belum dewasa ketika meminta PSSI bisa lebih baik.
"Sangat disesalkan dengan yang dilakukan kawan-kawan Bonek. Merusak fasilitas umum apalagi fasilitas sepakbola, sangat disayangkan," kata Akmal Marhali kepada wartawan.
Menurut Akmal Marhali, seharusnya Bonek bisa lebih elegan menyampaikan rasa kekecewaannya dengan datang langsung ke Kantor Persebaya Surabaya.
Baca Juga: Kalteng Putra Vs Persib Bandung - Rekor Siapa yang Akan Terhenti?
Padahal menurutnya beberapa Bonek sudah bersikap bagus dengan mengosongkan beberapa tribun Stadion GBT karena kekalahan dari PSS Sleman.
"Masalah awal ini komunikasi yang intens. Bagaimana pun suporter bagian sepak bola. Kalau mau dibilang customer, suporter harus dapat apa yang diinginkan."
"Kalau suporter tidak dapat barang yang diinginkan ya protes itu bagian dinamik customer. Cuma caranya harus elegan," ucap Akmal Marhali.
Baca Juga: Menakar Siapa yang Bakal Jadi Rider Pabrikan Yamaha pada MotoGP 2021
"Kita paham sepak bola ini belum sehat dan bersih. Harapannya saat federasi dan manajemen tidak bisa diajak berubah kenapa kita sebagai suporter tidak bisa memberi contoh? Harusnya suporter bisa, biar semua petinggi malu," ucapnya menambahkan.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu perwakilan dari Forum Diskusi Sepakbola Indonesia (FDSI), Helmi Atmaja.
Ia mengatakan suporter harus bersikap dewasa untuk menentukan sikapnya apapun hasil pertandingannya.
Baca Juga: Tanpa Penonton, Laga Persebaya Vs PSM Digelar di Stadion Batakan
"Sepak bola itu tidak mungkin selalu menang. Harus ada kedewasaan. Di saat minta PSSI untuk baik, suporter juga harus baik. Harus adil," kata Helmi Atmaja.