Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pencapaiannya itu kemudian dikenang pihak klub dengan mendirikan patung perunggu di depan markas Fiorentina, Stadion Artemio Franchi.
Batistuta baru bisa mempersembahkan gelar bagi Fiorentina pada tahun 1996 dengan memenangkan Coppa Italia dan Supercoppa Italiana.
Empat tahun setelah membawa Fiorentina juara, Batistuta diselimuti rasa penasaran untuk memenangkan scudetto.
Fiorentina ketika itu termasuk Il Sette Magnifico (tujuh klub ajaib Serie A), tetapi sulit mendobrak kekuatan lama seperti Juventus, AC Milan dan Inter Milan.
Keputusannya final, pada awal musim 2000-2001 Batistuta akhirnya memilih pindah ke sesama Il Sette Magnifico, AS Roma, yang mempunyai kekuatan finansial lebih baik.
Batistuta yang sudah berusia 30 tahun dibeli Roma dengan harga 36,2 juta euro selama tiga tahun.
Takdir bertemu 'kekasih lamanya', Fiorentina, menanti Batistuta.
Dan terjadilah! Pekan kedelapan Seri A pada 26 November 2000 menjadi hari bersua keduanya di Stadion Olimpico, Roma.
Roma yang mencicipi enam kali kemenangan di pekan sebelumnya bermain ngotot melawan Fiorentina asuhan pelatih asal Turki, Fatih Terim, yang bermain ekstra disiplin.
Namun tembok pertahanan Fiorentina akhirnya runtuh juga.