Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Selain Indonesia Masters, An juga membidik Olimpiade Tokyo 2020.
Pemain peringkat kesembilan dunia tersebut ingin memanfaatkan kesempatan yang ada dengan bisa lolos ke Olimpiade di usia yang masih belia.
"Tampil di Olimpiade adalah impian saya sejak kecil. Karena itu, saya akan berusaha keras tampil yang terbaik," ujar An.
"Tetapi, saya tidak tahu apakah saya terpilih atau tidak oleh Federasi untuk mengikuti Olimpiade. Kalau sudah diputuskan, baru saya akan menyiapkan diri," aku An.
An Se-young membuka prestasinya pada 2019 dengan menjuarai turnamen Super 300, New Zealand Open, Mei.
Baca Juga: Indonesia Masters 2020 - Anthony Ginting Nilai Persaingan Tetap Ketat Tanpa Kehadiran Kento Momota
Enam bulan setelah mengalahkan peraih medali emas Olimpiade London 2012, Li Xuerui (China) pada final New Zealand Open itu, dia mencatatkan sejarah baru dengan menjadi pemain termuda yang merebut gelar turnamen super 750.
Pada final French Open, An yang saat itu berusia 17 tahun 264 hari menumbangkan peraih emas Olimpiade Rio 2016, Carolina Marin (Spanyol).
An sudah empat kali menumbangkan pemain top yakni Tai Tzu Ying (Taiwan) yang dikalahkan pada Piala Sudirman lalu.
Pusarla Venkata Sindhu (India) An kalahkan pada babak kedua Denmark Open, lalu Akane Yamaguchi (Jepang) pada semifinal French Open.
An memasuki musim 2019 di peringkat ke-99.
Kini, dia sudah mengoleksi empat titel juara BWF World Tour. Setelah New Zealand, dia merebut gelar di dua turnamen super 100 yakni Canada Open dan Akita Masters dan French Open 750.
Padahal, di level junior, prestasi An tidak terlalu bagus. Capaian terbaiknya adalah meraih keping medali emas beregu pada Kejuaraan Asia Junior 2017.