Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Ada satu regulasi baru yang cukup menarik perhatian untuk gelaran Liga 1 2020 tentang aturan memodifikasi motif lapangan pertandingan.
Dalam regulasi yang diterbitkan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi, kualitas lapangan kini mendapat perhatian khusus.
Ada satu poin khusus yang mengatur tentang modifikasi motif lapangan sebagaimana yang tertuang di dalam Pasal 14 poin 4.
Baca Juga: Timnas Indonesia Tunda TC karena Piala Gubernur Jatim dan Piala AFC
"Lapangan permainan boleh diberi motif hanya dengan menggunakan teknik refleksi cahaya dengan tetap memastikan ketinggian rumput harus sama di seluruh area lapangan."
"Teknik motif lapangan dengan tebal-tipis yang mengakibatkan tinggi rumput mengalami perbedaan tidak diperkenankan," begitu tulis regulasi itu.
Sebenarnya regulasi tentang lapangan sudah ada pada gelaran Liga 1 pada musim-musim sebelumnya.
Namun, khusus tentang modifikasi lapangan ini, sejauh pengamatan BolaSport.com baru dilakukan untuk musim 2020.
Lapangan sepak bola biasanya memang dimodifikasi sedemikian rupa untuk menciptakan motif menarik.
Sebagaimana yang sudah biasa menghiasi lapangan-lapangan bertaraf internasional, begitupun di lapangan-lapangan di Indonesia.
Seorang pengurus lapangan atau yang biasa disebut groundsman bisa memodifikasi lapangan dengan teknik sederhana hingga yang paling rumit.
Leicester City’ groundsman is on another level pic.twitter.com/o6yJjKk14T
— Football Tweet (@Football__Tweet) November 13, 2019
Paling umum, adalah menciptakan efek perbedaan warna berbentuk garis dan kotak-kotak yang paling banyak menghiasi lapangan-lapangan di stadion Indonesia.
Biasanya, ada dua teknik umum yang digunakan untuk menciptakan efek itu; yakni dengan dengan cara tradisional dan modern.
Kebanyakan di Indonesia, mempercantik lapangannya dengan cara tradisional atau yang dikenal dengan modifikasi teknik tebal-tipis.
Teknik tebal-tipis ini dilakukan dengan memotong beberapa sisi rumput demi menghasilkan perbedaan warna lapangan.
Sedangkan teknik refleksi cahaya dilakukan dengan memotong atau mendorong rumput ke arah yang berbeda di sisi-sisi tertentu.
Sesuai namanya, efek refleksi akan tercipta karena perbedaan cara memotong atau mendorong rumput.
Teknik refleksi cahaya disebut modern karena memerlukan peralatan khusus, sedangkan teknik tebal-tipis disebut tradisional karena hanya membutuhkan gunting rumput.
Hasilnya pun berbeda, teknik tebal-tipis berakibat adanya perbedaan ketinggian rumput di beberapa titik.
Sedangkan refleksi cahaya tak memengaruhi ketinggian rumput, karena dilakukan dengan memanfaatkan efek dorongan atau potongan rumput yang berbeda.
Nah, perbedaan ketinggian rumput inilah yang dilarang PT LIB untuk tak digunakan lagi.
Untungnya, kini sudah banyak klub Indonesia yang memercayakan perawatan lapangan kepada pihak ketiga.
Misalnya, kepada PT Harapan Jaya Lestarindo, PT. Murti Cahaya Wirasaba, hingga Karyama Prima.
Kehadiran pihak ketiga di atas sudah banyak memberikan contoh bagaiamana cara merawat rumput lapangan sepak bola dengan cara yang baik dan benar.
Kita bisa melihat contohnya dari kualitas lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang ditangani oleh Karyama Prima.
Atau juga lapangan Stadion Sumpah Pemuda yang menjadi kandang Perseru Badak Lampung FC di Liga 1 2019 dengan menggunakan jasa PT Harapan Jaya Lestarindo.
Begitu juga dengan Stadion Surajaya, Lamongan, yang kini mulai membaik setelah manajemen Persela Lamongan menunjuk PT Harapan Jaya Lestarindo untuk mengurus lapangan mereka.
Di satu sisi, perawatan lapangan di Indonesia masih banyak ditangani sendiri-sendiri tanpa bantuan profesional.
Menarik untuk ditunggu bagaimana respons klub-klub Liga 1 menjalankan regulasi baru ini.