Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Persebaya Surabaya mengalami masa pasang surut sebagai klub sepak bola profesional, dari momen terdegradasi, dualisme hingga seperti saat ini.
Bagi pecinta sepak bola, khususnya pendukung Persebaya Surabaya, tentu tidak akan lupa masa dimana tim berjulukan Bajul Ijo itu terdegradasi.
Sebelum menjadi salah satu klub yang ditakuti seperti saat ini, Persebaya Surabaya lebih dulu pernah mengalami momen buruk.
Momen yang tak akan dilupakan oleh para pendukung Persebaya, tepatnya pada Indonesia Super League (ISL) 2009-2010.
Baca Juga: Ajukan Jadwal Ulang, BAM Mau Malaysia Open 2020 Digelar Akhir November
Persebaya Surabaya saat itu mengalami degradasi, tetapi dengan cara yan cukup aneh.
Saat itu Persebaya yang seharusnya melawan Persik Kediri pada 29 April 2010 di Stadion Brawijaya, Kediri tak jadi digelar karena Macan Putih tak menggantongi izin.
Padahal pertemuan tersebut amat penting untuk Bajul Ijo, dengan meraih kemenangan Persebaya mendapatkan tiket playoff agar tidak terdegradasi.
Tidak mengantongi izin keamanan, pertandingan antara keduanya di pindah ke Stadiaon Mandala Krida, Yogyakarta, 6 Mei 2010.
Namun, Persik Kediri tak juga mengantongi izin keamanan di Yogyakarta.
Dan lagi-lagi laga di pindah ke ke Stadion Gelora Jakabaring Palembang, 5 Agustus 2010.
Jika disinyalir sesuai regulasi, Persebaya Surabaya tak perlu menjadwalkan pertandingan lagi, karena seharusnya mereka bisa menang tanpa bertanding dan mendapatkan skor 3-0.
Namun, alih-alih melakukan itu, PT Liga Indonesia merencanakan laga ketiga ke Palembang.
Tetapi dengan jadwal pertandingan yang tidak pasti tersebut, Bajul Ijo tak ingin datang, sehingga Persebaya harus puas dan finis di posisi ke 17 dengan mengoleksi 36 poin.
Dengan kejadian yang terjadi saat itu, pihak manajemen Persebaya pun memutuskan untuk tak lagi berlaga di Divisi Utama 2010-2011.
Dan sebagai wujud protes kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Persebaya berkompetisi di LPI 2011 yang mana kompetisi tersebut merupakan tandingan dari ISL.
Baca Juga: Alasan Muhammad Toha Pilih Bertahan Bersama Persita Tangerang
Tak berhenti di situ, setelah kejadian tersebut munculah tim yang bernama serupa, Persebaya DU, dan kini telah berubah nama menjadi Bhayangkara FC.
Meninggalkan kompetisi secara resmi tentu berbunyut panjang hingga dualisme.
Dimana Persebaya 1927, nama yang digunakan untuk membedakan dengan Persebaya DU, masih berkompetisi di IPL pada musim 2011-2012 dan 2013.
Tetapi, pada 2014 nama Persebaya 1927 tetap hingga, sebagai penganti Persebaya DU yang naik ke kasta ISL 2014.
Saat itu yang muncul menjadi nama Persebaya Surabaya.
Namun, itu bukan perjuangan yang mudah untuk Persebaya.
Selama lima tahun dualisme, Bonek berada diambang kegalauan karena saat itu tim yang menjadi kebanggaannya tak bertanding di kasta tertinggi, bahkan PSSI pun tak mengakui.
Perjuangan Persebaya terlihat pada 2017, dimana saat itu Bajul Ijo yang asli diakui oleh PSSI.
Tepatnya pada 8 Januari 2017, dimana harapan tinggi ada untuk Persebaya yang saat itu memulai perjalanan kariernya pada Liga 2.
Namun, meski begitu tak menunggu waktu lama untuk Persebaya Surabaya, setelah berjuang pada 2017, satu tahun mereka langsung lolos ke kasta tertinggi Liga 1.
Tepat 2018, tim kebanggaan Bonek Bonita itu mulai menunjukkan tajinya, walaupun klub yang berada di bawah naungan salah satu media Jawa Timur itu masih berjuang.
Klub yang masih berjuang di Liga 2 pada 2017 itu untuk bisa meloloskan diri ke kasta tertinggi harus berulang kali mengganti kepelatihan.
Meski saat itu Persebaya Surabaya sudah dihuni para pemain hebat seperti Irfan Jaya sampai David da Silva.
Setelah mengganti Alfredo Vera menjadi Djajang Nurjaman, Persebaya Surabaya mulai bangkit dan akhirnya mampu meloloskan diri ke kasta tertinggi.
Berada di kasta tertinggi Liga 1 pun tak membuat Persebaya Surabaya bersantai.
Tim yang saat ini berada dibawah asuhan Aji Santoso itu terus berjuang untuk bisa berada di atas posisi klasemen.
Bagaimana tidak, Bajul Ijo sebelumnya juga mengalami pasang surut seperti klub lain, bahkan beberapa kali di Liga 1 sudah harus berganti pelatih.
Namun, di bawah asuhan Aji Santoso saat ini Persebaya Surabaya, bisa dibilang cukup mampu menunjukkan permainan luar biasa.
Walaupun pada Liga 1 2020 ini Persebaya kurang memulai laga dengan catatan bagus pada awal kompetisi.
Dimana pada pembukaan Liga 1 2020, Persebaya harus ditahan imbang oleh Persik Kediri 1-1 di kandang sendiri, Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Padahal sebelumnya, pada ajang pramusim, Piala Gubernur Jawa Timur, Persebaya sukses meraih kemenangan dan membawa gelar juara.
Akankah catatan bagus pra musim itu mampu membawa Persebaya menjadi klub terbaik musim ini.
Harapan Bonek Bonita kepada klub kebanggaannya pun cukup tinggi.
Apalagi saat ini Persebaya dihuni oleh pemain-pemain hebat, seperti Makan Konate, dan lain-lain.