Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Maksudnya, kendala di manapun kita berada, bahasa apapun kita bisa belajar dan beradaptasi. Tetapi yang paling penting bagaimana kita mau bejuang dan berkomitmen,” katanya.
Yanto pun menceritakan momen ketika pertama kali dirinya menginjakkan kaki di Thailand.
Saat itu, kemampuan Bahasa Inggris Yanto hanya 20 persen saja sedangkan Bahasa Thailand-nya nol besar karena belum pernah belajar.
Bermodal nekat dan kemauan tinggi untuk belajar, Yanto kini mulai memahami maksud dari perkataan pelatih dan rekan-rekannya yang mayoritas berbahasa Thailand.
Baca Juga: Bek Persija Jakarta Ryuji Utomo Menarik Perhatian Media Thailand
“Jadi saya pertama kali datang ke sini pelatih marah-marah masalah posisi. Saya tidak tahu, iya-iya saja,” tuturnya.
“Saya mulai mengerti, pakai feeling dan sedikit-sedikit mempelajari, intinya dengan siapa saja dengan orang baru harus pandai-pandai beradaptasi," ucap pemain kelahiran Sorong, 12 Juni 1995.
Yanto pun menamai metode yang digunakannya dalam mengatasi persoalan bahasa sebagai metode pura-pura gila.
Baca Juga: Ada Messi dan Ronaldo, Cannavaro Sebut Virgil van Dijk Sulit Raih Ballon d'Or karena Berposisi Bek
Pura-pura gila dalam hal ini berarti berani mencoba, tidak takut salah, dan tahan terhadap rasa malu.
“Jadi untuk bahasa menurut saya sebagai pelengkap saja, dengan sendirinya kita akan bisa, yang penting harus berani mengambil langkah,” kata mantan pemain Mitra Kukar itu.
“Makanya, kalau saya pribadi mau bahasa Inggris setengah-setengah, kalau bisa sampai ke Arab ya mau tidak mau harus belajar bahasa Arab. Jadi pura-pura gila saja dulu,” tandas Yanto.