Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Tontowi Ahmad resmi menyatakan pensiun alias gantung raket pada Senin (18/5/2020) melalui unggahan di media sosial Instagram.
Dalam unggahan tersebut, Tontowi Ahmad mengucapkan selamat tinggal kepada olahraga yang telah membesarkan namanya.
Sejak membela Indonesia sebagai pemain junior pada tahun 2005, sudah banyak prestasi yang ditorehkan Tontowi Ahmad.
Selain menjuarai Indonesia Open, mencetak hat-trick kampiun pada All England Open, dan menjadi jawara dunia, Tontowi juga sukses meraih medali emas Olimpiade Rio 2016.
Pencapaian tersebut menjadi puncak prestasi Tontowi -bersama Liliyana Natsir- sebagai seorang atlet.
Baca Juga: Di Mata Susy Susanti, Tontowi Ahmad adalah Salah Satu Pemain Terbaik
Rangkaian prestasi inilah yang pada akhirnya membuat banyak pihak, mulai dari warganet, eks rekan bermain, sampai PP PBSI merespons positif keputusan pensiun Tontowi.
Bahkan, tagar #TerimaKasihOwi menjadi trending topic di media sosial Twitter.
Para warganet berbondong-bondong mengunggah cuitan bernada positif terhadap keputusan pensiun sosol yang akrab disapa Owi itu.
Tak cuma itu, sebagian dari mereka juga mengunggah beberapa momen pertandingan terbaik Tontowi dan Liliyana.
Baca Juga: Dari Motivasi hingga Keluarga, Ini Alasan Tontowi Ahmad Pensiun
Hal serupa juga dirasakan oleh tim redaksi BolaSport.com.
Untuk itu, kami merangkum lima pertandingan terbaik dari Tontowi Ahmad (bersama Liliyana Natsir) sepanjang masa.
Berikut lima laga terbaik Tontowi/Liliyana versi BolaSport.com
5. Malaysia Open 2016
Malaysia Open 2016 adalah salah satu turnamen yang menjadi "pemanasan" para pebulu tangkis elite dunia sebelum tampil pada Olimpiade Rio 2016.
Digelar di Stadium Malawati, Shah Alam, Malaysia, 5-10 April 2016, turnamen berlevel Super Series Premier ini menawarkan total hadiah uang tunai senilai 550 ribu dolar AS atau setara 1,88 triliun.
Tontowi/Liliyana datang ke turnamen tersebut dengan status unggulan kedua, di bawah Zhang Nan/Zhao Yunlei (China).
Baca Juga: Putuskan Gantung Raket, PP PBSI Nilai Tontowi Bisa Jadi Contoh Teladan
Meski begitu, pasangan yang biasa disapa Owi/Butet ini mampu meraih gelar juara.
Pada laga final, Tontowi/Liliyana mengalahkan wakil tuan rumah, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, melalui permainan tiga gim dengan skor 23-21, 13-21, 21-16.
Pada gim pertama, Tontowi/Liliyana sempat memimpin jauh 13-6 atas Chan/Goh.
Namun, Chan/Goh balik mengejar.
Mereka mampu menyamakan kedudukan menjadi 13-13 dan terus memberi perlawanan hingga gim pertama harus diselesaikan melalui setting point.
Pada fase krusial inilah, Owi/Butet menunjukkan kesiapan mereka sebagai kandidat juara Olimpiade.
Usai imbang pada kedudukan 21-21, Owi/Butet menutup gim pertama dengan kemenangan.
Baca Juga: Liliyana Natsir Sebut dengan Pensiun, Tidak Ada Lagi Teriakan untuk Tontowi Ahmad di Istora
Pada gim kedua, Tontowi/Liliyana gagal mempertahankan momentum meski sempat terlibat pertarungan sengit dari skor 1-1 sampai 8-8.
Mereka kalah dengan margin 8 poin.
Duel ketat kembali terjadi pada gim ketiga.
Kali ini, kedua pasangan terlibat aksi kejar poin sampai kedudukan 9-9.
Setelah itu, Owi/Butet menemukan irama permainan mereka hingga akhirnya menang dengan keunggulan 5 poin.
Kemenangan atas Chan/Goh pada laga final Malaysia Open 2016 sekaligus membuahkan satu-satunya gelar juara dari turnamen bulu tangkis tertinggi di negeri jiran tersebut.
4. All England Open 2014
Berbeda dengan Malaysia Open yang cuma bisa dimenangi satu kali, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir justru tampil digdaya pada All England Open.
Sejarah mencatat, Tontowi/Liliyana berhasil membukukan gelar juara pada turnamen bulu tangkis tertua di dunia ini.
Dimulai pada tahun 2012, 2013, dan diakhiri pada tahun 2014.
Pada tahun ketiga juara, Owi/Butet kembali membungkam salah satu musuh bebuyutan mereka, Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Baca Juga: Terima Kasih Owi Jadi Trending di Twitter, Ini Torehan Prestasi Tontowi Ahmad
Seperti pada final 2013, laga puncak All England Open 2014 juga dimenangi Tontowi/Liliyana dengan skor 21-13, 21-17.
Gim kesatu berlangsung sengit.
Kedua pasangan bergantian mencetak poin dan memegang kendali permainan hingga skor imbang 12-12.
Momentum Owi/Butet datang ketika mereka memenangi dua poin berikutnya dan mengubah kedudukan menjadi 14-12.
Usai "memberi" satu poin kepada Zhang/Zhao, Tontowi/Liliyana langsung melesat hingga memenangi gim kesatu dengan margin 8 poin.
Baca Juga: Tontowi Ahmad Resmi Ikuti Jejak Liliyana Natsir Gantung Raket
Kemenangan pada gim kesatu memudahkan perjuangan Owi/Butet pada gim kedua.
Meski margin skor akhir antara kedua pasangan lebih kecil dibanding gim kesatu, Tontowi/Liliyana tidak pernah sekali pun berada dalam keadaan imbang apalagi tertinggal dari Zhang/Zhao.
Sejak unggul 2-0 pada awal gim kedua, Owi/Butet langsung memegang kendali permainan.
Mereka menutup interval gim kesatu dengan skor 11-7.
Selepas jeda, permainan Tontowi/Liliyana kian matang, sementara Zhang/Zhao masih kesulitan meredam aksi lawan.
Alhasil, mereka cuma bisa menjaga jarak poin tanpa pernah memberi ancaman berarti.
Owi/Butet pun meraih gelar juara ketiga All England Open secara beruntun alias hat-trick.
Kendati meraih sukses besar pada All England Open dalam rentang 2012-2014, nyatanya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir selalu kesulitan menorehkan hasil serupa pada turnamen kebanggaan dalam negeri, Indonesian Open.
Dalam beberapa kesempatan, baik Owi maupun Butet mengungkap rasa penasaran mereka untuk menaklukkan "keangkeran" Istora Senayan, Jakarta.
Kesempatan itu baru datang pada tahun 2018, empat tahun setelah membukukan hat-trick pada All England Open dan dua tahun usai meraih medali emas Olimpiade.
Baca Juga: Pelatih Sebut Tontowi Ahmad Sudah Berusaha Pertahankan Prestasi
Sebetulnya, Tontowi/Liliyana sudah meraih gelar juara Indonesia Open pada tahun 2017.
Hanya, saat itu, penyelenggaraan Indonesia Open bukan di Istora, melainkan di Jakarta Convention Center (JCC).
Istora tidak dapat digunakan sebagai venue turnamen karena tengah direnovasi untuk persiapan Asian Games 2018.
Baru pada tahun 2018, Tontowi/Liliyana akhirnya resmi menjadi juara Indonesia Open di Istora.
Baca Juga: Kisah Cinta Segitiga Pebulu Tangkis China yang Jadi Musuh Bebuyutan Tontowi/Liliyana
Menariknya, Owi/Butet naik ke podium kampiun usai mengalahkan lawan mereka pada final Olimpiade Rio 2016, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
Wakil Malaysia itu ditundukkan Tontowi/Liliyana dengan skor 21-17, 21-8.
Laga antara Tontowi/Liliyana dan Chan/Goh sempat berjalan seru pada gim kesatu.
Berulang kali, Chan/Goh yang berada dalam posisi tertinggal mampu menyamakan kedudukan.
Namun, Owi/Butet tetap bisa menjaga fokus.
Mereka pun memenangi gim kesatu dengan margin empat poin.
Baca Juga: Pelatih Ganda Campuran Masih Tunggu Keputusan Final Tontowi Ahmad
Sukses mengamankan gim pertama membuat kepercayaan diri Tontowi/Liliyana bertambah saat memainkan gim selanjutnya.
Ditambah dukungan suporter yang tak putus meneriakan yel-yel penyemangat untuk wakil tuan rumah, Owi/Butet pun tampil dominan pada gim kedua.
Tercatat, mereka mampu unggul atas Chan/Goh dengan skor 4-0, 10-2, dan 17-6.
Chan/Goh masih bisa menambah dua poin lagi, tetapi hal itu tidak berarti apa-apa.
Tontowi/Liliyana mengunci kemenangan gim kedua sekaligus gelar juara Indonesia Open 2018 setelah memetik dua poin beruntun dalam kedudukan 19-8.
Baca Juga: Susy Susanti Sebut Tontowi Belum Sampaikan Surat Resmi Pengunduran Diri kepada PBSI
2. Kejuaraan Dunia BWF 2013
Sepanjang berkarier bersama Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad berhasil menjadi juara dunia dua kali yakni pada tahun 2013 dan 2017.
Namun, di antara dua gelar tersebut, tentu titel juara dunia tahun 2013 lebih istimewa.
Selain menjadi gelar juara dunia pertama, titel tersebut juga diraih melalui perjuangan epik hingga titik darah penghabisan.
Sempat tertinggal 18-20 pada gim ketiga dari Xu Chen/Ma Jin, Tontowi/Liliyana membalikkan keadaan dan menjadi juara dunia bersama untuk pertama kalinya.
Owi/Butet membuka laga final kontra wakil China tersebut dengan kemenangan yang terbilang mudah pada gim kesatu, 21-13.
Akan tetapi, momentum ini tidak berlanjut pada gim berikutnya.
Meski sempat unggul, pada akhirnya Xu/Ma mampu berbalik memimpin skor dan memenangi gim kedua dengan skor 21-16.
Pertarungan hidup mati Tontowi/Liliyana dan Xu/Ma baru betul-betul terjadi pada gim ketiga.
Pada gim penentuan itu, kedua pasangan terus terlibat aksi kejar poin dari awal hingga akhir.
Baca Juga: Wacanakan Mundur dari Pelatnas, PB Djarum Tawarkan Tontowi Ahmad Main Profesional
Xu/Ma yang menempati posisi unggulan teratas sebetulnya punya peluang besar menjadi juara dunia setelah meraih match point dalam kedudukan 20-18.
Namun, Tontowi/Liliyana belum menyerah.
Bak cerita superhero, Owi/Butet membalikkan keadaan dengan memetik empat poin berikutnya secara beruntun.
Tontowi/Liliyana pun menang dengan skor akhir 21-13, 16-21, 22-20 untuk menjadi juara dunia BWF 2013.
Laga terbaik Tontowi Ahmad bersama Liliyana Natsir versi BolaSport.com jatuh ke pertandingan final Olimpiade Rio 2016.
Meski cuma diunggulkan di urutan ketiga, di bawah Zhang Nan/Zhao Yunlei (China) dan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korea Selatan), Tontowi/Liliyana mampu membuktikan bahwa kelas mereka saat itu lebih baik dibanding pasangan ganda campuran manapun.
Usai mengandaskan perlawanan pasangan unggulan teratas, Zhang/Zhao, dengan skor 21-16, 21-15 pada semifinal, Owi/Butet menuntaskan mimpi mereka dengan mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) pada laga final.
Tontowi/Liliyana menang atas Chan/Goh dengan skor 21-14, 21-12.
Baca Juga: Tontowi Ahmad Berencana Mundur dari Pelatnas PBSI pada Bulan Depan
Dalam konferensi pers melalui aplikasi Zoom, Tontowi menilai keberhasilannya dan Liliyana pada Olimpiade Rio 2016 turut dibantu keberuntungan.
"Saat Olimpiade, kami hoki (beruntung) bisa menang jauh. Biasanya main rubber game," ucap Tontowi.
"Tidak ada penyesalan meski belum dapat Piala Sudirman karena sudah menjadi juara dunia, All England Open, dan Olimpiade," kata sosok kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, 32 tahun lalu itu.