Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Eks pebulu tangkis ganda putra Denmark, Mathias Boe, mengungkap lima pertandingan yang paling dia kenang sepanjang kariernya.
Mathias Boe resmi menggantungkan raketnya alias pensiun pada April 2020 dengan alasan kelelahan secara fisik dan mental.
Padahal, sebelumnya, Boe masih optimistis bisa tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 dan Piala Thomas 2020.
Dia bahkan menjadikan dua kompetisi tersebut sebagai arena pertandingan terakhirnya sebelum betul-betul gantung raket.
Baca Juga: Mulai Latihan Juni, Satria Muda Akan Perketat Aturan untuk Pemain
Namun, pandemi virus Corona alias Covid-19 yang melanda dunia membuat Boe berubah pikiran.
Boe memutuskan pensiun lebih cepat dari rencana sebelumnya.
Kini, setelah banyak memiliki waktu senggang, Boe pun mengingat peristiwa-peristiwa hebat dalam karier bulu tangkisnya, termasuk pertandingan-pertandingan yang paling berkesan.
Baca Juga: Hendra Setiawan Sebut Kenangan Olimpiade 2016 Jadi yang Terburuk
Menariknya, meski kerap terlibat perang psy-war dengan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dalam beberapa tahun terakhir, Boe tak pernah menganggap duelnya kontra pasangan ganda putra nomor satu dunia asal Indonesia itu sebagai laga yang paling dikenang.
Sebaliknya, Boe justru menempatkan lima pertandingan dalam rentang tahun 2011-2017 sebagai duel yang paling diingat.
Berikut lima pertandingan yang paling berkesan bagi Mathias Boe, dilansir BolaSport.com dari kutipan wawancaranya dengan BWF.
Baca Juga: Alex Rins Tahu Marc Marquez Menganggapnya sebagai Rival Sejak 2019
1. Final All England Open 2011
Di mata Mathias Boe, laga final All England Open 2011 versus Koo Kien Keat/Tan Boon Heong adalah salah satu pertandingan paling berkesan.
Selain menghasilkan gelar juara All England Open pertamanya bersama Carsten Mogensen, kemenangan dengan skor 15-21, 21-18, 21-18 pada pertandingan pamungkas di National Indoor Arena, Birmingham, Inggris, juga memupus mimpi buruk mereka pada tahun sebelumnya.
Pada edisi 2010, duet Boe/Mogensen juga berhasil maju ke babak final All England Open, tetapi mereka gagal menjadi juara lantaran dikalahkan rekan senegara, Lars Paaske/Jonas Rasmussen.
Saat itu, Boe/Mogensen tunduk dengan skor 23-21, 19-21, 24-26.
"All England Open 2011 adalah momen gila bagi kami. Tahun sebelumnya, kami mendapatkan empat match point pada laga final melawan Lars Paaske/Jonas Rasmussen, dan gagal memenanginya betul-betul gila," ucap Boe.
"Dengan sejarah kekalahan itu pada tahun sebelumnya, mengejar ketertinggalan yang jauh pada gim ketiga, kemudian bangkit dengan comeback yang gila adalah murni kegembiraan," kata Boe lagi.
2. Final BWF World Superseries Finals 2011
Usai meraih titel jawara All England Open pertama pada tahun 2011, Mathias Boe melanjutkan kegemilangan performanya bersama Carsten Mogensen dengan menjuarai BWF World Superseries Finals 2011.
Kala itu, Boe/Mogensen naik ke podium kampiun dengan mengalahkan Chai Biao/Guo Zhendong dari China dengan skor 25-23, 21-7.
Kemenangan tersebut memastikan Boe/Mogensen mempertahankan gelar juara mereka pada BWF World Superseries Finals.
Tahun sebelumnya, Boe/Mogensen meraih titel jawara usai meraih kemenangan atas wakil Korea Selatan, Jung Jae-sung/Lee Yong-dae, dengan skor 21-17, 21-15.
"Superseries Finals, kami memenanginya tiga kali secara beruntun dan hal itu spesial. Terutama yang kedua karena pertandingannya sangat ketat pada gim kesatu, kami menyelamatkan banyak game point di situ," tutur Boe.
"Sebetulnya, laga itu merupakan salah satu pertandingan yang Anda rasa berjalan nyaman karena Anda tahu hasilnya akan seperti apa."
"Anda memimpin skor 16-7 dan seterusnya, jadi Anda bisa bermain lebih santai, berjalan di sekeliling lapangan, dan melihatnya relatif mudah, terutama pada gim kedua," kata Boe lagi.
3. Final All England Open 2015
Butuh empat tahun bagi Mathias Boe dan Carsten Mogensen untuk bisa kembali merasakan manisnya gelar juara All England Open.
Pada edisi 2015, duet Boe/Mogensen sekali lagi naik ke podium kampiun All England Open berkat kemenangan atas wakil China, Zhang Nan/Fu Haifeng.
Saat itu, Boe/Mogensen menundukkan Zhang/Fu melalui permainan dua gim langsung yang berkesudahan dengan skor 21-17, 22-20.
"Meraih titel kedua All England Open, di mana para pemain-pemain pendahulu selalu berkata semua bisa menjuarainya sekali, tetapi hanya yang benar-benar hebat bisa melakukannya dua kali," kata Boe.
"Pada saat itu, kami bermain sangat baik sepanjang musim. Saya memiliki begitu banyak pertarungan ketat melawan Fu Haifeng, jadi kami jelas tampil berdarah-darah di sana."
"Bisa menjadi juara di sana merupakan hal yang fantastis," ucap Boe menegaskan.
4. Final French Open 2016
Perjalanan karier Mathias Boe dan Carsten Mogensen tak melulu mulus dan baik-baik saja.
Ada masa ketika Mogensen harus rehat sejenak dari ketatnya kompetisi bulu tangkis dunia karena menjalani operasi otak.
Mengacu pada hal ini, Boe pun menilai gelar juara mereka pada French Open 2016 adalah sesuatu yang berharga sekaligus berkesan.
Duet Boe/Mogensen naik ke podium kampiun usai mengalahkan wakil Thailand, Bodin Issara/Nipitphon Phuangphuapet, dengan skor 19-21, 21-18, 3-0 retired.
"French Open 2016 adalah comeback yang cukup baik. Kami berhasil meraih gelar juara pasca-operasi otak Mogensen, tanpa mengetahui apakah kami bisa kembali ke lapangan lagi, tetapi kemudian kami menjuarai turnamen Superseries," tutur Boe.
"Kemenangan itu sekaligus menunjukkan kepribadian yang dimiliki Carsten dan bagaimana dia begitu bersemangat untuk kembali ke lapangan dan berjuang keras."
"Hal tersebut menjadi pengalaman yang menyatukan kami lebih erat lagi. Mungkin saya akan mengatakan bahwa gelar juara itu adalah pencapaian terbesar yang pernah kami lakukan bersama," kata Boe lagi.
5. Final Singapore Open 2017
Kemenangan pada laga final Singapore Open 2017 tak cuma membuahkan gelar juara, tetapi juga mengembalikan Mathias Boe/Carsten Mogensen ke posisi nomor satu dunia.
Boe/Mogensen naik ke podium kampiun berkat kemenangan atas wakil China, Li Junhui/Liu Yuchen, dengan skor 21-13, 21-14.
Lebih dari itu, pertandingan tersebut juga dirasa berkesan oleh Boe karena dia dan Mogensen meraih titel jawara usai menundukkan tiga pasangan terbaik dunia secara beruntun.
"Tahun 2017 jelas spesial karena di Singapura kami mengalahkan pasangan ganda putra nomor satu, dua, dan tiga dunia," ujar Boe.
"Saya pikir itu adalah Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang) pada babak perempat final, lalu Marcus/Kevin pada semifinal, dan Li/Liu pada laga final."
"Tak lama setelah kemenangan tersebut, kami juga kembali menjadi pasangan ganda putra nomor satu dunia," kata Boe lagi.