Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menurut sang ayah sepak bola dirasa tidak mempunyai masa depan yang baik.
"Sebenarnya orang tua melarang karena pulang sekolah main bola, waktu ngaji juga main bola," kata Kurniawan Dwi Yulianto dikutip BolaSport.com dari Garuda Nusantara.
"Mulai dari situ, almarhum bapak mungkin kesal ya, sudah dimarahi tetap bandel."
"Bapak bilang kalau kamu suka olahraga, lebih baik main bulu tangkis. Soalnya waktu itu bulutangkis sedang top-topnya," imbuh Kurniawan.
"Sepak bola itu buat orang tua zaman dulu bukan dianggap sesuatu yang mempunyai masa depan cerah, Jadi, bapak saya membawa ke sekolah bulu tangkis di Magelang," ucap Kurniawan.
Demi keinginan bermain sepak bola, Kurniawan bahkan harus menangis di angkot agar ayahnya mau mendaftarkan dia ke sekolah sepak bola.
"Mungkin memang jalannya saya ke sepak bola. Jadi, waktu akan latihan bulu tangkis, ternyata tempat latihan tutup. Dalam perjalanan pulang lihat ada spanduk dibuka sekolah sepak bola di Magelang," ucapnya.
"Di dalam angkot saya menangis minta turun, mungkin bapak saya malu melihat saya menangis, akhirnya mau tidak mau turun dan mendaftarkan saya ke SSB tersebut."
Saking tidak suka melihat anaknya bermain bola, ayah Kurniawan juga sempat enggan membelikan dia sepatu sepak bola.