Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kegagalan Roberto Baggio mengeksekusi penalti di laga final Piala Dunia 1994 adalah salah satu momen paling diingat dalam turnamen antarnegara terbesar itu.
Selama turnamen Piala Dunia 1994, Roberto Baggio hampir sendirian membawa Italia melewati segudang kesulitan sampai lolos ke laga final untuk melawan favorit kuat juara, Brasil.
Roberto Baggio tidak fit untuk pertandingan tersebut, tetapi dia tetap dimainkan.
Dalam babak adu penalti, Baggio menjadi algojo terakhir Italia dan eksekusinya harus menjadi gol setelah Franco Baresi dan Daniele Massaro sebelumnya mengalami kegagalan.
Namun, eksekusi Baggio, yang merupakan seorang spesialis bola mati, melesat ke atas gawang Brasil yang dijaga Claudio Taffarel.
Italia kalah 2-3 dan gagal menjadi juara.
Pemandangan Baggio menunduk lemas sambil bertolak pinggang sementara para pemain Brasil berpesta di sekitarnya menjadi gambar yang sangat ikonis sampai sekarang.
Baca Juga: ON THIS DAY - Piala Dunia Pertama di Afrika, Tuan Rumah Akhirnya Ukir Rekor Buruk
"Kejadian itu adalah momen terburuk selama karier saya. Jika bisa menghapus sebuah momen dalam karier saya, saya akan memilih kejadian itu," kata Il Divin Codino (Dewa Berkuncir), julukan Baggio karena model rambut kuncir yang digunakannya hampir selama karier.
Pada hari ini 22 tahun yang lalu, 11 Juni 1998, Roberto Baggio menebus dosanya itu dengan cara yang sama seperti waktu dia menjadi pesakitan.
Setelah kegagalan di Piala Dunia 1994, karier Baggio mengalami kemunduran.
Dia dibuang Juventus, yang ingin mengibarkan Alessandro Del Piero sebagai bendera baru klub.
Pindah ke AC Milan, Baggio pun tersia-siakan karena tidak mendapatkan kesempatan bermain yang cukup banyak.
Di timnas Italia, dia bersitegang dengan pelatih Arrigo Sacchi sehingga sempat terpinggirkan.
Pada selang 1995-1997, Baggio hanya tercatat 3 kali membela timnas Italia.
Kepindahan Baggio ke Bologna pada 1997-1998 menyelamatkan kariernya.
Di klub semenjana Liga Italia itu, Baggio malah mampu memberikan performa terbaik.
Il Divin Codino berada di posisi ketiga pencetak gol terbanyak Liga Italia 1997-1998 dengan koleksi 22 gol.
Performa itu membuatnya kembali masuk skuat Italia untuk Piala Dunia 1998.
Baca Juga: On This Day - Cristiano Ronaldo Tinggalkan Man United, Pecahkan Rekor, dan Disambut Real Madrid
Baggio seperti terlahir kembali. Rambut kuncirnya sudah dipotong sejak di Bologna.
Di Piala Dunia 1998, Baggio membiarkan Del Piero memakai kostum nomor 10 sementara dia sendiri rela menggunakan nomor 18.
Dalam laga pertama Italia di Piala Dunia 1998, menghadapi Cile di Bordeaux pada 11 Juni 1998, Del Piero tidak dalam kondisi fit.
Baggio pun dipilih menjadi starter mendampingi Christian Vieri.
Baggio bermain gemilang dalam pertandingan itu.
Dia membuat assist untuk gol Vieri yang sempat membawa Italia unggul 1-0 di menit ke-11.
Namun, Cile kemudian berbalik memimpin 2-1 berkat dua gol Marcelo Salas pada akhir babak pertama dan awal babak kedua.
Dengan Italia sudah di ambang kekalahan, Baggio sengaja men-chip bola mengenai tangan Ronald Fuentes di dalam kotak penalti.
Wasit pun memberikan penalti buat Italia pada menit ke-84.
Baggio langsung terlihat membungkukkan badan, mungkin sedang menenangkan dirinya sendiri.
Enrico Chiesa menghampiri Baggio dan membisikkan sesuatu.
Boleh jadi Chiesa memberikan semangat karena sudah ada kesepakatan bahwa Baggio yang akan menjadi eksekutor jika Italia memperoleh penalti.
Sempat ada adegan Baggio bertolak pinggang sebelum mengambil penalti, mirip dengan gesturnya setelah gagal di final 1994.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini - 5 Fakta Duel Terakhir Mike Tyson, Jadi Bulan-bulanan dan Hampir Tak Terima Uang
"Kegagalan empat tahun lalu sempat terbayang dalam pikiran. Saya bilang kepada diri sendiri: 'Tendang saja yang kuat, tendang yang kuat'," ujar Baggio kepada World Soccer.
Berbeda dari 1994, di mana dia melepaskan tembakan ke arah tengah, kali ini eksekusi Baggio mengirim bola ke pojok kiri gawang.
Kiper Cile, Nelson Tapia, menebak arah dengan benar, tetapi tak kuasa mencegah bola masuk ke gawangnya.
Baggio sukses menebus dosa empat tahun sebelumnya.
Dari pesakitan yang membawa Italia menjadi juara dengan gagal mengeksekusi penalti, Baggio menjadi pahlawan yang menyelamatkan Italia dari kekalahan juga lewat eksekusi penalti.
Tidak sedikit yang beranggapan bahwa jika Italia terus mengandalkan Baggio, mereka bisa melangkah lebih jauh daripada sekadar mencapai babak 8 besar di Piala Dunia 1998.
Italia saat itu beralih kepada Del Piero begitu bintang muda Juventus itu kembali fit.
Gli Azzurri akhirnya disingkirkan Prancis di babak perempat final.