Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Ultras Garuda selaku suporter setia timnas Indonesia memberikan pendapat tentang kedatangan lima pemain muda asal Brasil.
Berbagai macam pendapat disampaikan Ultras Garuda yang diterima oleh BolaSport.com, Sabtu (22/8/2020).
Seperti diketahui, ada lima pemain muda asal Brasil yang saat ini terbagi ke dalam tiga klub Liga 1 2020.
Arema FC menjadi klub pertama yang memperkenalkan dua pemain muda asal Brasil yakni Henrique Bartoli dan Hugo Guilherme pada 18 Agustus 2020.
Satu hari kemudian, Persija Jakarta juga kedatangan dua pemain muda asal Brasil yakni Thiago Apolina Pereira dan Maike Henrique Irine de Lima.
Terakhir Madura United yang juga mengumumkan Robert Junior Rodrigues Santos pada 20 Agustus 2020.
Baca Juga: MotoGP Styria 2020 - Selain Valentino Rossi, Pemenang Balapan di Brno Juga Harus Berjuang dari Q1
Awal mula Madura United dan pelatih Persija Jakarta, Sergio Farias, mengatakan bahwa kedatangan lima pemain asal Brasil itu merupakan proyek dari PSSI untuk memperkuat timnas U-20 Indonesia di Piala Dunia U-20 2021.
Namun PSSI lewat Direktur Teknik Indra Sjafri membantah kabar tersebut.
Ketiga klub pun kompak secara bersama-sama mengatakan bahwa kehadiran pemain muda asal Brasil merupakan proyek jangka panjang.
Baca Juga: Memori Serge Gnabry, dari Pengancam Gawang Kurnia Meiga di Jakarta ke Final Liga Champions
Sebab, sejauh ini pemain naturalisasi yang memperkuat timnas Indonesia usianya di atas 30 tahun.
Ramainya debat kusir di media sosial mengundang pendapat dari Ultras Garuda.
Kumpulan pendapat itu disampaikan secara langsung oleh anggota Ultras Garuda se Indonesia.
Baca Juga: Tanggapan Kapten Bhayangkara FC Terkait Regulasi U-20 dan Hapusnya Degradasi
Pendapat itu disampaikan untuk memberikan kritikan keras ke PSSI, pemain muda Indonesia, dan juga kedatangan lima pilar Brasil.
Berikut kumpulan pendapat Ultras Garuda se Indonesia
Kenapa selalu yang dibesar-besarkan itu pemain naturalisasi? Apakah dari Sabang sampai Merauke tidak ada pemain yang bagus?
Kalau dikit-dikit naturalisasi, kasihan anak-anak muda yang mempunyai bakat hebat namun terpendam oleh para pemain naturalisasi. Bahkan banyak pemain asli pribumi yang lebih baik dari pada naturalisasi.
Baca Juga: Alasan Alex Rins Usul Balapan MotoGP Styria 2020 Ditunda Jika Hujan
Pemain asli pribumi juga tidak kalah hebat. Cuma, kalah soal pendidikan sepak bola di setiap jenjangnya. Belum lagi kalau pemain muda Indonesia sudah mengenal namanya cinta, malah ambyar.
Pemain bagus kalau tidak punya mental juara percuma. Di situ kadang pemain Indonesia demam panggung kalau sudah di lapangan. Berbeda dengan pemain lawan yang memang benar-benar memiliki mental juara.
Lebih ambyar lagi kalau pemain baru terkenal, lalu dapat endorse dan permainannya langsung menurun.
Baca Juga: Butuh Waktu Segini untuk Kiper Timnas U-19 Bisa Pulih dari Cederanya
PSSI juga tidak percaya akan kemampuan bangsanya sendiri. PSSI mengambil jalan naturalisasi karena tidak mau numpang lewat. Pemain Indonesia juga kalau sudah naik namanya pasti bertingkah sampai lupa diri.
Pemain naturalisasi juga terkadang susah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
PSSI menaturalisasi pemain luar yang tidak mempunyai darah atau keturunan Indonesia jelas salah. Tetapi pemain asli Indonesia juga banyak yang star syndrome. Baru juara Piala AFF di level junior sudah merasa sebagai pemain bintang. Ini juga kritikan keras untuk pemain junior lokal.
Baca Juga: Pelatih Persipura Jacksen F Tiago Terkejut Dengan Kedatangan 5 Pemain Brasil
Mental pemain junior lokal rata-rata cepat puas. Mereka merasa sudah cukup dengan apa yang dicapainya. Tidak ada pemikiran untuk berkembang dan bermain di luar negeri.
Untuk mental pemain junior lokal Indonesia juga kalah. Saat menang pemain di lapangan disanjung berlebihan, apalagi kalau pertandingan melawan tim level bawah, selalu duluan disanjung.
PSSI juga harus transparan dalam mengelola timnas Indonesia.