Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM -Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, disebut terlalu egosentris sehingga membuatnya selalu mengalami kegagalan di Liga Champions.
Pep Guardiola kembali gagal mengantarkan Manchester City meraih gelar di ajang Liga Champions.
Kekalahan dari Olympique Lyon dengan skor 1-3 membuat pasukan Pep Guardiola tersingkir pada babak 8 besar Liga Champions dalam tiga musim berturut-turut.
Guardiola tak mampu mengulangi kesuksesannya saat menukangi Barcelona di kompetisi antarklub paling elite Benua Biru itu.
Juru taktik asal Spanyol itu belum pernah meraih trofi Si Kuping Besar atau bahkan mencapai babak final sejak meninggalkan Barcelona pada 2012.
Baca Juga: Saat Guardiola 'Ditodong' Datangkan Messi ke Manchester City
Akan tetapi, Pep Guardiola sukses memenangi 13 trofi domestik, termasuk lima gelar liga, bersama Bayern Muenchen dan Manchester City dalam delapan musim belakangan.
Legenda sepak bola Jerman, Lothar Matthaeus, menilai kegagalan yang dialami Guardiola di Liga Champions dikarenakan oleh sikapnya sendiri.
Menurut Matthaeus, Guardiola terlalu egosentris dengan mengubah taktik di pertandingan besar.
Dalam pertandingan kontra Olympique Lyon, Guardiola secara mengejutkan menerapkan formasi 3-5-2 ketimbang skema andalan Man City, 4-3-3 atau 4-2-3-1.
Pep Guardiola menempatkan tiga bek tengah sejak menit awal, yakni Fernandinho, Eric Garcia, dan Aymeric Laporte.
Baca Juga: Pep Guardiola Pelatih yang Buat Lionel Messi Paling Rajin Cetak Gol dalam Karier
Formasi yang tak biasa tersebut membuat para pemain arahan Guardiola kikuk dan akhirnya berhasil dimanfaatkan oleh Lyon pada babak pertama.
Saat memasukkan Riyad Mahrez menjelang menit ke-60, Guardiola baru mengubah formasi menjadi 4-3-3.
Keputusan yang diambil Guardiola itu tampaknya membuat jengkel Matthaeus.
Peraih juara Euro 1980 bersama timnas Jerman ini mengatakan bahwa Guardiola seharusnya tetap berpegang pada sistem yang membuatnya sukses di Barcelona.
"Melihat Pep Guardiola, saya memiliki perasaan bahwa dia selalu ingin melakukan sesuatu yang istimewa di pertandingan besar," kata Matthaeus.
Baca Juga: Isi Telepon Lionel Messi dengan Pep Guardiola Bocor, Cristiano Ronaldo Kena Imbas
"Barcelona memiliki DNA, sistem yang dia jalani. Guardiola sukses di sana. Dengan Muenchen dan Man City, dia mencobanya berulang kali dengan perubahan dan gagal lagi dan lagi."
"Dia selalu ingin menunjukkan bahwa dia bisa melakukan yang lebih bagus."
"Saya ingin memberi tahu dia, 'Pep, Anda adalah pelatih hebat, tetapi tolong jaga sistem Anda!'"
"Saya akan menggambarkannya sebagai seorang yang egosentris. Ya, itu kata yang kasar, tetapi itu karena apa yang dia lakukan."
"Di Bayern, Robert Lewandowski bahkan harus bermain sebagai sayap kiri. Hal itu sama sekali tidak berhasil," tutur peraih Ballon d'Or 1990 ini mengakhiri.