Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam pernyataan resmi, Chief Executive Badminton England, Adrian Christy, mengaku pihaknya telah mengalami kerugian finansial besar akibat pandemi Covid-19.
"Kami kami harus mempersiapkan diri untuk fakta bahwa tidak ada penggemar yang bisa hadir apabila situasi tidak membaik selama enam bulan ke depan," kata Adrian Christy.
"Prioritas nomor satu saya adalah keberlanjutan Badminton England, terutama saat ini, dan All England Open adalah bagian terbesar dari perekonomian kami."
"Kami sudah kehilangan banyak pemasukan karena Covid-19. Tanpa penonton, kerugian kami akan bertambah menjadi 1,75 juta pound untuk tahun anggaran saat ini."
"We are now looking at a real possibility of the @YonexAllEngland not taking place for the first time since World War II," - read Chief Exec @adrianchristy statement calling for Government support https://t.co/6mAVUyKPoC pic.twitter.com/2OihWiR2tv
— Yonex All England Badminton Championships (@YonexAllEngland) September 28, 2020
Badminton England mengajukan bantuan dana sebesar 1 juta poundsterling, sekitar 19 miliar rupiah, kepada Pemerintah Inggris.
"Saya meminta pemerintah untuk memberikan bantuan demi melindungi All England Open dan meringankan beban terhadap salah satu olahraga yang paling banyak diikuti di negara ini."
Baca Juga: BWF World Tour Finals 2020 Digelar di Thailand Tahun Depan, Indonesia Masters Dibatalkan
All England Open merupakan turnamen bulu tangkis tertua.
Pertama kali dilangsungkan pada 1989, All England Open rutin digelar setiap tahun hingga edisi ke-110 pada pertengahan Maret lalu.
Sepanjang sejarah, All England Open hanya dihentikan karena perang dunia yaitu pada 1915 sampai 1919 (Perang Dunia I) dan 1940 sampai 1946 (Perang Dunia II).
Baca Juga: PBSI Sulit Pilih Pemain yang Promosi dan Degradasi Tahun Depan