Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam kalimat terakhir cuitannya, Oezil juga percaya bahwa penyebab dirinya dicoret dari Arsenal adalah terkait komentarnya yang menyinggung China karena membela umat muslim di Uighur.
"Saya selalu berusaha untuk tetap positif dari minggu ke minggu bahwa mungkin ada peluang untuk segera kembali ke skuat. Itu sebabnya saya diam sejauh ini."
〽️⚽️ #M1Ö #YaGunnersYa pic.twitter.com/hF7abGklOT
— Mesut Özil (@MesutOzil1088) October 21, 2020
"Sebelum wabah virus corona, saya sangat senang dengan perkembangan pelatih baru kami, Mikel Arteta, kami berada di jalur yang positif dan saya akan mengatakan penampilan saya berada pada level yang sangat bagus. Tetapi kemudian segalanya berubah, lagi dan saya tidak lagi diizinkan bermain sepak bola untuk Arsenal."
"Apalagi yang bisa saya katakan? London masih terasa seperti rumah sendiri, saya masih memiliki banyak teman baik di tim ini, dan saya masih merasakan hubungan yang kuat dengan para penggemar klub ini. tidak peduli apa, saya akan terus berjuang untuk kesempatan saya dan belum terlambat untuk musim ke-8 saya ini di Arsenal harus berakhir seperti ini"
"Saya bisa berjanji kepada Anda bahwa keputusan sulit ini tidak akan mengubah apa pun dalam pola pikir saya. Saya akan terus berlatih sebaik mungkin dan sedapat mungkin menggunakan suara saya untuk melawan ketidakmanusiawian dan untuk keadilan. Mesut," tulisnya.
Is @MesutOzil1088 being punished for speaking out against the Chinese authorities for their treatment of #Uyghur Muslims in occupied East Turkistan?! @Arsenal#Arsenal #MesutOzil #Uyghurs #China #UyghurGenocide #UyghursLivesMatter … pic.twitter.com/20ikuM3Gze
— Gutsy Voice (@GutsyVoice) October 21, 2020
Pada Desember 2019 lalu, Oezil diketahui merilis sikap mendukung kaum minoritas Uighur di China.
Hal ini ia tulis di twitternya tepatnya pada Jumat (13/12/2019).
"(Di China), Al-Qur'an dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah teologi Islam, madrasah dilarang, cendekiawan Muslim dibunuh satu per satu," tulis Oezil.
"Turkistan Timur. Luka berdarah umat. Mereka melawan kekuatan yang coba memisahkan mereka dari agama mereka. Para laki-laki ditahan di kamp, sementara keluarga mereka dipaksa hidup dengan orang-orang China. Para wanita juga dipaksa menikah dengan orang China."