Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tunggal putra nomor satu dunia ini adalah penduduk asli Prefektur Kagawa. Namun, dia menghabiskan enam tahun sekolah menengah pertama dan menengahnya di Tomioka, Prefektur Fukushima.
Tomioka berada di pantai Pasifik dan berjarak kurang dari 15 kilometer dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang meleleh akibat gempa dan tsunami berikutnya yang mencapai ketinggian 16 meter.
Hampir 16.000 nyawa meninggal, 90 persen karena tenggelam, dan lebih dari 2.500 masih hilang.
Momota menemukan cara untuk kembali ke Jepang sehari setelahnya. Tetapi, baru lima tahun kemudian yakni pada 2016 dia dapat mengunjungi kembali kampung halaman angkatnya di Fukushima.
"Itu melebihi apa yang bisa kubayangkan", kata Momota tentang hari dia kembali ke SMA Tomioka, yang terpaksa pindah ke kota lain di prefektur.
"Rak-raknya telah runtuh, semuanya telah hancur berkeping-keping. Meja saya, kursi saya, semuanya. Melihat semuanya begitu mengejutkan," tutur Momota.
"Tempat saya berlatih begitu rusak. Lampu telah jatuh, kaca pecah di mana-mana. Saya tidak bisa berkata-kata - dan sedih. Sedih yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saya berada di Fukushima selama enam tahun sejak SMP."
"Ini adalah rumah kedua saya. Karier bulu tangkis saya dimulai di Fukushima. Ini adalah tempat yang menjadikan saya seperti saya hari ini," ujar Momota.
Baca Juga: Evander Holyfield dan Mike Tyson Tebar Kode Bakal Bentrok