Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Timnas Inggris dinilai memang pantas merasakan kepedihan kalah adu penalti pada final EURO 2020 lantaran telah kualat ke bocah 9 tahun.
Timnas Inggris gagal menjadi kampiun EURO 2020 setelah kalah dari timnas Italia di partai final pada Minggu (11/7/2021) waktu setempat atau Senin pukul 02.00 WIB.
Berduel di Stadion Wembley, London, timnas Inggris dan timnas Italia bermain sama kuat 1-1 dalam 90 menit waktu normal dan perpanjangan waktu.
Dengan demikian, kedua tim harus melakoni babak adu penalti guna menentukan sang jawara.
Pada babak adu tos-tosan, Inggris terpaksa mengakui keunggulan Italia dengan skor 2-3.
Baca Juga: EURO 2020 - Juara Piala Eropa, 1 Kemenangan Lagi Bikin Italia Sejajar Brasil dan Spanyol
Kekalahan itu menambah rentetan hasil buruk yang didapat Inggris ketika melakoni adu penalti.
Namun, kepedihan tersebut dinilai memang sesuatu yang pantas didapatkan oleh Inggris karena telah kualat ke bocah 9 tahun pendukung Jerman.
Kekalahan Inggris dari Italia pada babak final EURO 2020 semakin menegaskan bahwa The Three Lions terus dihantui kutukan penalti di turnamen antarnegara paling bergengsi di Eropa tersebut.
Menurut catatan Squawka yang dikutip BolaSport.com, Inggris menjadi tim yang paling sering kalah adu penalti dalam sejarah Piala Eropa.
Termasuk duel final Piala Eropa kontra Italia, Inggris tercatat telah kalah adu penalti sebanyak 4 kali (1996, 2004, 2012, dan 2020).
Wajar jika kemudian Inggris mengalami trauma lantaran selalu mengalami kesedihan setelah adu penalti.
Baca Juga: Wejangan Legenda Inggris untuk Gareth Southgate: Lupakan EURO 2020, Fokus ke Piala Dunia 2022
Mantan pemain timnas Jerman, Lottar Matthaeus, menilai bahwa hal tersebut pantas diterima Inggris karena kelakuan tidak menyenangkan para pendukungnya.
Matthaeus menyoroti beberapa tindakan para pendukung Inggris sepanjang EURO 2020, termasuk ramai-ramai mengejek seorang bocah berumur 9 tahun.
40. Meanwhile in the aftermath of England 2-0 Germany, fans begin abusing and laughing at the image of a young German girl crying at her team losing. pic.twitter.com/66144mLZaj
— Josh ✌???? (@jhendy_10) July 12, 2021
Menurut laporan Mirror yang dikutip BolaSport.com, bocah yang memakai jersi Jerman itu menangis saat Der Panzer kalah dari Inggris pada babak 16 besar.
Lottar Matthaeus juga tidak terkesan dengan aksi lainnnya dari para pendukung Inggris seperti mengejek lagu kebangsaan lawan dan mengganggu pemain lawan.
"Fan Inggris mengejek gadis kecil berbaju Jerman itu," kata Matthaeus kepada SportBild, dikutip BolaSport.com dari Goal International.
"Mereka juga menyoraki lawan saat menyanyikan lagu kebangsaannya."
"Kiper Denmark, Kasper Schmeichel, diganggu dengan sorotan laser saat penalti yang dilakukan Raheem Sterling untuk masuk ke semifinal."
"Belum lagi dengan tindakan rasialis terhadap pemain mereka sendiri setelah final. "
"Orang Inggris yang terhormat, itu adalah perilaku tidak sportif yang tidak kami ketahui dari Anda dan kami tidak pernah ingin melihat lagi."
Baca Juga: Pesan Jadon Sancho untuk Para Pelaku Tindak Rasialis: Kebencian Tidak Akan Pernah Menang!
"Jadi, maaf untuk para pemain, tetapi kalian pantas mendapatkan trauma setelah final kalah dalam adu penalti," ucapnya mengakhiri.
Ejakan terhadap lagu kebangsaan lawan merupakan masalah yang kerap berulang sepanjang turnamen.
Pelatih Inggris, Gareth Southgate, bahkan secara terbuka meminta para penggemar untuk tidak mencemooh lagu kebangsaan Italia sebelum final.
Adapun kontroversi penggunaan laser dalam kemenangan semifinal atas Denmark telah membuat Inggris didenda oleh UEFA sebesar 2 ribu paun atau 523 juta rupiah.