Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Mantan pembalap MotoGP, Jorge Lorenzo, berbicara sangat terbuka tentang titik terendah psikologis dalam karier MotoGP-nya dan panggilan penting dari manajer tim Repsol Honda, Alberto Puig sebelum kemenangan di Mugello pada 2018.
Bulan-bulan pertama pada tahun kedua di Ducati tahun 2018 sangat sulit bagi Jorge Lorenzo karena pembalap Spanyol yang sukses itu masih belum pernah menang saat mengendarai Desmosedici.
Padahal sejak balapan penutup di Valencia pada 2016, Jorge Lorenzo selalu meraih kemenangan di Mugello saat bersama Yamaha.
"Sebelum Mugello, saya sedikit tertekan karena saya mengerti bahwa saya tidak memiliki motor pabrikan untuk musim mendatang,dan saya merasa berada di momen terbaik dalam karir saya," kata Lorenzo kepada DAZN dilansir BolaSport.com dari Speedweek.
Baca Juga: Ratusan Atlet Siap Bertarung di Seleknas PBSI 2022
"Saya melihat semuanya secara negatif dan hanya ingin tidur. Saya tidak tahu apakah itu depresi ringan atau hanya momen yang sangat menyedihkan, tetapi saya benar-benar sedih," aku Lorenzo.
Titik baliknya adalah panggilan dari Alberto Puig,yang melakukan kontak pertama dengan Lorenzo dengan maksud untuk beralih ke tim Repsol Honda.
"Dia mengalami masa-masa sulit di Ducati. Segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana dan dia mengalami masalah. Di Honda, mereka memutuskan untuk berbicara dengannya dan saya ingat pernah meneleponnya," tutur Puig.
"Kami tidak menyetujui apa pun, tetapi kami memiliki ide tentang apa yang bisa kami lakukan," kata Puig.
Pada 2019, Lorenzo benar-benar beralih ke tim karya pabrikan motor terbesar di dunia. Sekalipun kolaborasi juara dunia MotoGP tiga kali itu, dia gagal mencapai 10besar dan berakhir prematur dengan pensiunnya pemenang GP 68 kali itu setelah hanya satu musim.
Pelatih kebugaran Lorenzo, Ivan Lopez mengingat perubahan mendadak Lorenzo.
"Saat itu di sebuah hotel di Barcelona, saya membawa sepeda latihan ke kamarnya karena dia tidak ingin berlatih, tetapi saya membuatnya melakukannya. Suatu hari, dia enggan mengayuh. Alberto Puig memanggilnya. Ketika dia menutup telepon."
Baca Juga: Bagai Langit dan Bumi, Jack Miller Ogah Disamakan dengan Casey Stoner
"Dia memeluk saya dan mulai melompat-lompat di tempat tidur: 'Saya punya ruang, saya punya.' Itu mengubah sikapnya," ujar Lopez.
Tak lama setelah itu, Lorenzo (dengan ergonomi yang lebih baik dan tangki yang dimodifikasi pada Desmosedici-nya) merayakan kemenangan pertamanya sebagai pembalap pabrikan Ducati pada 3 Juni 2018 di Mugello.
"Pembalap yang sama, orang yang sama, bisa berada di posisi terbaik jika Anda memiliki kepercayaan diri pada level mental dan fisik Anda baik. Jika Anda merasa nyaman dengan motor dan tim," kata Lorenzo.
"Ketika semuanya bersatu, satu pembalap bisa jauh lebih unggul dari yang lain. Sebaliknya, pembalap yang sama, orang yang sama, bisa menjadi yang terakhir. Ini MotoGP, ini olahraganya. "
"'Obsesi' terdengar sangat negatif, tetapi olahraga ini menjadi semakin profesional, metodis, dan perfeksionis sehingga Anda terobsesi dan 100 persen di dunia ini atau tidak mungkin bertarung dengan yang terbaik," ucap Lorenzo.
Baca Juga: Tolak Jadi Pembalap Penguji Ducati, Valentino Rossi Pilih Lakoni Peran Ini