Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Dilansir dari Kompas.com, keluhan masalah fasilitas dan infrastruktur membuat pihak penyiar Liga 1 merasakan kesulitan.
Bagi lembaga penyiaran, keterbatasan ini menjadi tantangan untuk diatasi.
Dari tiga venue seri Liga 1 di Bali, hanya Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, yang punya fasilitas siaran langsung yang memadai.
Baca Juga: Nikmati Kemenangan Semalam Saja, Persebaya Langsung Fokus ke Laga Kontra Bhayangkara FC
Dua venue lainnya, Stadion I Gusti Ngurah Rai dan Stadion Kompyang Sujana Denpasar, memiliki fasilitas yang dinilai kurang memadai.
Kedua stadion ini memiliki masalah sama yaitu titik pengambilan gambar yang terlalu rendah sehingga mengganggu kenyamanan penonton layar kaca.
Keterbatasan ini memaksa broadcaster menambahkan fasilitas-fasilitas lain yang berdiri di venue pertandingan.
Di antaranya ada tenda-tenda pengganti ruangan serta steger (scaffolding) yang didirikan untuk menunjang kinerja kamera siaran.
Fasilitas tambahan semipermanen ini dipasang sebagai upaya PT LIB dan tim produksi demi menyuguhkan tayangan Liga 1 yang memanjakan penonton di layar kaca.
"Fasilitas standar, tetapi kami harus optimistis untuk perubahan dan mengondisikan di lapangan agar sepak bola tetap bisa dinikmati oleh masyarakat,” tutur salah satu personel Creative & Broadcast Service PT LIB yang enggan disebutkan namanya dikutip dari Kompas.com.
“Memang di awal pertandingan banyak saran dari penonton di rumah, bukan berarti kami tidak mengecek venue dan melakukan analisis. Kami sudah cek kondisi bangunan stadion, wilayah kamera, framing, dan garis imajiner batas kamera,” imbuhnya dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Gagal Pertahankan Puncak Klasemen, Pelatih Persib Bandung: Kami Mempersulit Diri
Komunikasi yang baik antara kedua belah pihak menjadi kunci mengarungi semua rintangan di venue pertandingan.
Dari komunikasi tersebut muncul gagasan untuk meninggikan tingkat kamera utama yang disesuaikan dengan kondisi bangunan serta pinggir lapangan.
Detail untuk pembangunan di 2 stadion tersebut adalah dengan menggunakan steger (scaffolding) nonpermanen dengan tinggi kurang lebih 7,5 meter dan ukuran alas 3x2 meter yang bisa menampung dua orang.
Pemasangan fasilitas disesuaikan dengan kondisi stadion dan luas lapangan supaya kamera bisa bergerak ke kanan dan ke kiri secara nyaman.
“Bisa terlihat dari awal sampai hari ini ada perubahan. Namun, di balik itu semua faktor keselamatan untuk kru yang juga diprioritaskan," lanjutnya dikutip dari Kompas.com.
"Tidak semata dari pihak kami tetapi dukungan dari panpel lokal serta teman-teman kompetisi yang berada di Bali saat pertandingan."
"Kembali lagi semua tayangan terdapat checklist dan arahan dari ofisial penyiar yang selalu kami koordinasikan."
Di sisi lain, PT LIB menegaskan bahwa fasilitas tambahan yang terpasang saat ini adalah salah satu solusi perbaikan dari pekan per pekan.
Pihak operator terus mencari jalan keluar untuk menemukan solusi terbaik mengenai kendala sarana dan prasarana ini.
“Sejauh ini penyiaran terus kami benahi dan selalu kami koordinasikan dengan pihak tuan rumah,” terang Direktur Operasional PT LIB, Sudjarno.
Pihak produksi memiliki motivasi sama dengan PT LIB.
Demi menyuguhkan sebuah kualitas siaran yang menyenangkan mata penonton, mau tidak mau harus mengatasi segala tantangan dengan kreativitas.
Baca Juga: Pelatih Persebaya Puji Kontribusi Samsul Arif di Hari Ulang Tahunnya
“Untuk tim produksi sama saja, semuanya menjadi tantangan yang harus dihadapi. Bagaimana bisa menyajikan sebuah tayangan yang enak dilihat dengan kondisi yang ada,” ujar Uus Rusamsi selaku produser.
Meski demikian, Uus Rusamsi menegaskan semua upaya tim produksi dan PT LIB hanya menjadi penunjang.
Pasalnya, kualitas utama sebuah pertandingan tetap kembali pada keseriusan kedua tim yang bermain di dalam lapangan.
“Yang terpenting adalah penampilan para pemain di lapangan saat ini ditunjang dengan kondisi lapangan yang bagus sehingga bisa menampilkan permainan yang enak ditonton,” pungkasnya.