Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Saya bangga menjadi orang Rusia. Saya tidak mengerti mengapa atlet harus menderita sekarang."
"Saya menentang standar ganda. Mengapa seseorang dapat melakukan segalanya dan mereka mengorbankan kami semua."
"Mengapa semua orang berteriak tentang olahraga agar tidak dicampuri ke politik, tetapi pada kesempatan pertama, ketika menyangkut Rusia, prinsip ini benar-benar dilupakan?"
"Sekali lagi, perang itu menakutkan. Dalam situasi kalut, orang menunjukkan esensi mereka, terkadang negatif."
"Betapa banyak kemarahan dan cacian diberikan pada semua orang Rusia, terlepas dari posisi dan profesi mereka. Ribuan orang yang menulis hinaan dan ancaman itu."
"Perang akan berakhir, tetapi hubungan antarmanusia akan tetap ada. Hal itu tidak akan hilang."
"Untuk beberapa kolega yang duduk nyaman di rumah-rumah mewah di Inggris dan mengatakan hal-hal buruk: itu tidak bisa menyinggung kami, kami memahami segalanya!," Dzyuba mengakhiri.
Baca Juga: Mau Ikut Perang, Oleksandr Zinchenko Masih Syok dengan Invasi Rusia ke Ukraina
Ya, politik standar ganda memang telah dilakukan oleh FIFA dan UEFA dalam kasus ini untuk mengambil kebijakan.
Mengapa demikian? Setidaknya masih hangat dalam ingatan kita soal kasus invasi negara-negara lain yang luput dari sorotan FIFA.
Sebut saja aksi Amerika Serikat yang gencar melakukan invasi terhadap negara-negara Timur Tengah pada awal 2000-an. Dengan dalih menjaga perdamaian dunia dan opini soal senjata pemusnah massal, Amerika Serikat mengobrak-abrik tatanan pemerintahan negara-negara seperti Irak, Iran, dan Afganistan.
Belum lagi ulah Israel yang sampai saat ini masih menduduki wilayah Palestina.
Jumlah korban yang jatuh dalam invasi Israel atas Palestina hingga saat ini bahkan sudah tidak bisa terhitung jumlahnya.
Namun, apa aksi FIFA dan UEFA? Ya, bungkam seribu bahasa.
Terlepas dari betapa lemahnya timnas Israel untuk bisa lolos ke putaran final Piala Dunia, FIFA telah mengambil keputusan salah dengan mendiamkan negara itu yang ingin menduduki wilayah Palestina.
Lalu, kata siapa sepak bola tidak boleh dihubungkan dengan politik?
Nyatanya itu hanya omong kosong dari FIFA dan UEFA untuk melanggengkan praktik politik standar ganda demi menebas orang-orang yang tidak masuk ke dalam lingkaran mereka.
Baca Juga: Liga Inggris Bikin Aksi Dukung Ukraina, China Hentikan Siaran Premier League