Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pelatih Jerman, Hans-Dieter Flick, menyindir penyelenggaraan Piala Dunia 2022 sebagai turnamen yang tidak terbuka untuk semua kalangan.
Piala Dunia 2022 akan berlangsung di Qatar pada 20 November-18 Desember mendatang, dengan Jerman sebagai salah satu kontestannya.
Tim pemegang empat trofi Piala Dunia itu bergabung di Grup E bersama Spanyol, Jepang, dan Kosta Rika.
Namun, Hansi Flick masih punya hal yang mengganjal jelang perhelatan Piala Dunia 2022.
Ia menilai Piala Dunia 2022 tidak terbuka untuk semua kalangan.
“Pada dasarnya sangat disayangkan bahwa Piala Dunia 2022 tidak akan menjadi turnamen untuk semua kalangan,” kata Flick, dikutip BolaSport.com dari Kicker.
Flick mencontohkan beberapa orang yang ia kenal tadinya ingin bepergian ke Qatar demi menonton Piala Dunia, tetapi membatalkan niat.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Lionel Messi bakal Tanpa Beban di Piala Dunia 2022
Beberapa alasannya adalah karena tiket yang mahal, diskriminasi untuk golongan minoritas, serta pelanggaran hak asasi manusia terhadap pekerja di negara itu.
Hal tersebut yang sulit diterima Flick dan menilai Piala Dunia 2022 tidak inklusif.
“Sepak bola harus ada untuk semua orang. Itu sebabnya saya katakan bahwa ini bukan Piala Dunia untuk suporter biasa,” ujar Flick melanjutkan.
Pelatih berusia 57 tahun itu juga menilai Piala Dunia 2022 butuh pernyataan politik dari semua pihak yang terlibat, termasuk tim nasional Jerman.
“Tim nasional Jerman telah melakukan banyak diskusi dan menginformasikan ke tim sebaik mungkin."
“Kami akan kembali bertemu pada bulan September dan mempertimbangkan hal yang kami bisa lakukan bersama dengan tim lain,” ucap dia lagi.
FIFA dan Qatar sebenarnya tidak tutup mata soal sorotan mengenai penyelenggaraan Piala Dunia 2022.
Baca Juga: BURSA TRANSFER - Lini Depan Tunpul, Man United Kejar Pemain yang Satu Kelas dengan Cristiano Ronaldo
Sekjen FIFA, Fatma Samoura, dalam wawancara dengan Al-Jazeera pada 2021 mengatakan FIFA sudah mengambil beberapa langkah yang dinilai tepat menyikapi isu ini.
Namun, Samoura memastikan FIFA tetap mendukung Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
“Hal pertama yang kami lakukan adalah mendirikan badan penasihat HAM pada 2016 untuk menangani isu ini. Mereka memberikan beberapa rekomendasi kepada FIFA,” kata Samoura.
“Sejak 2017, 85 persen masukan mereka kami terapkan untuk Piala Dunia 2018 dan juga untuk Qatar.”
“Masalah hak asasi manusia adalah problem di banyak negara. Pemerintah dan otoritas setempat serius menanggapi isu ini, terbukti dari sekitar 400 ribu pekerja yang menerima kenaikan gaji.”
“FIFA pun terus bekerja sama dengan organisasi pekerja internasional untuk memonitor situasi. Akomodasi para pekerja dicek reguler untuk memastikan mereka hidup layak.”
“Ini proses yang lama, apalagi untuk menyamai level beberapa negara lain. Namun, Qatar bisa menjadi inspirasi bagi semua negara,” ujar Samoura menambahkan.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Kualitas Wasit Nomor Satu, FIFA Diminta Tidak Bergantung pada VAR
Terbaru, FIFA juga merilis kebijakan jelang Piala Dunia 2022 yang mencoba menjamin keberpihakan mereka terhadap inklusivitas pada turnamen tersebut.
FIFA memberlakukan sanksi keras untuk pemain, pelatih, ofisial, agen pertandingan, dan semua pemangku kepentingan yang melakukan tindakan pelecehan atau menyakiti orang lain selama turnamen.