Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Keputusan Chelsea memecat Thomas Tuchel seperti membawa The Blues ke situasi dejavu yang mengingatkan kita akan kejayaan mereka di Liga Champions.
Chelsea memecat pelatih Thomas Tuchel pada Rabu (7/9/2022) setelah menuai serangkaian hasil tak memuaskan di awal musim.
Pemilik klub, Todd Boehly, melakukan langkah berani memutus kerja sama dengan Thomas Tuchel walau musim 2022-2023 baru menginjak 33 hari.
Bagi Anda yang doyan membahas 'cocokologi', pasti seru untuk memantau seperti apa kans Chelsea selanjutnya pasca-PHK pelatih asal Jerman itu.
Terdapat pola unik bahwa kombinasi pemecatan pelatih dan keberadaan Chelsea di Grup E Liga Champions membawa kejayaan bagi mereka di pentas tersebut.
Pola seperti itu bahkan repetitif karena sudah terjadi dua kali.
Pertama pada 2011-2012, musim di mana Chelsea meraih trofi pertamanya di Liga Champions.
Baca Juga: 20 Bulan Thomas Tuchel di Chelsea, Bisa Juara Eropa dan Dunia, tapi Kenapa Dipecat?
London Biru kala itu masuk Grup E bersama Leverkusen, Valencia, dan Genk.
Setelah finis sebagai pemimpin klasemen, tim Chelsea asuhan Andre Villas-Boas maju ke babak 16 besar dan ketemu Napoli.
Eh, The Blues langsung dihajar 1-3 di kandang klub Italia Selatan pada leg pertama (21/2/2022).
Tak lama, Villas-Boas dipecat dan posisinya digantikan Roberto Di Matteo pada 4 Maret 2012.
Di Matteo, yang juga eks pemain idola publik Stamford Bridge, membawa tim melakukan comeback gila dengan kemenangan 4-1 di leg kedua guna membalikkan agregat (5-4).
Syahdan, Chelsea maju sampai ke final dan menekuk Bayern Muenchen via adu penalti untuk memenangi trofi pertama mereka di Liga Champions.
Status Di Matteo dinaikkan dari caretaker menjadi pelatih tetap.
Namun, hanya 6 bulan setelah kemenangan di final tersebut, Di Matteo kena PHK.
Happy 50th birthday to Roberto Di Matteo.
4th March 2012: Appointed Chelsea caretaker manager
5th May 2012: Won the FA Cup
19th May 2012: Won the Champions League.
Etched in Chelsea history. ???????? pic.twitter.com/4BroIa6VT2
— Squawka (@Squawka) May 29, 2020
Adapun skenario berikutnya melibatkan Thomas Tuchel sendiri pada 2020-2021.
Di Liga Champions musim tersebut, Chelsea masuk Grup E bersama Sevilla, Krasnodar, dan Rennes.
Kelolosan The Blues menuju fase gugur terjadi saat mereka di bawah komando Frank Lampard.
Akan tetapi, Lampard dipecat pada 25 Januari 2021 dan limpahan tugas dibebankan kepada Tuchel sehari kemudian.
Eks juru taktik PSG menjawab tantangan secara gemilang.
Baca Juga: Thomas Tuchel Kena PHK, Dua Pemain Baru Chelsea di Ujung Tanduk
Meneruskan kiprah Di Matteo, Tuchel sebagai pelatih pengganti sukses membawa Chelsea ke tangga juara Liga Champions untuk kali kedua.
Dalam final 29 Mei tahun lalu, mereka menghajar Manchester City 1-0 berkat gol tunggal Kai Havertz.
Enam belas bulan kemudian, Tuchel juga mengikuti jejak Di Matteo didepak secara sepihak.
Pola istimewa tersebut berlanjut ke musim ini, di mana Chelsea pun tergabung di Grup E Liga Champions dengan Dinamo Zagreb, Red Bull Salzburg, dan AC Milan.
Jangan-jangan, apakah ini tanda bahwa Chelsea ujungnya bakal bernasib sukses seperti pada 2012 dan 2021?
Jangan keburu percaya karena namanya juga sekadar cocok-cocokan.
Yang pasti, kondisi The Blues sekarang berbeda dengan era estafet Di Matteo dan Tuchel.
Kalau Di Matteo dan Tuchel mengambil alih kendali kepelatihan setelah Chelsea lolos ke fase gugur, musim ini berbeda.
Jorginho dkk langsung terseok-seok di awal dan memulai fase grup dengan kekalahan 0-1 dari tim semenjana Dinamo Zagreb (6/9/2022).
Hasil minor itu pula yang mengantar Tuchel ke pintu keluar Stamford Bridge.
Oleh karena itu, siapa pun pengganti yang datang kelihatannya akan dilimpahkan tugas lebih berat ketimbang Tuchel serta Di Matteo.
Peristiwa ini juga menegaskan fakta bahwa sebesar apa pun jasa seorang pelatih, dia tak akan lolos dari ancaman pemecatan di klub sebesar Chelsea.