Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menteri Budaya, Media, dan Olahraga Inggris kala itu, Andy Burnham, memerintahkan dibentuknya panel independen untuk membuka dan menyelidiki kasus ini.
Alhasil, pada 2012, temuan panel independen itu mengungkapkan aparat di lokasi kejadian menutup-nutupi kejadian sebenarnya dan menyalahkan suporter dengan dalih bahwa mereka datang ke stadion dalam keadaan mabuk dan tidak tertib.
Temuan komite tersebut juga menyimpulkan bahwa setidaknya 41 kasus kematian sangat bisa dicegah jika prosedur penyelamatan lebih memadai.
Laporan yang sama juga mengkritik penanganan dari aparat yang bertugas, salah satunya keputusan mereka membuka pintu keluar tanpa mempertimbangkan risiko fans akan merubung dan berjejalan.
Penyidikan terus berlanjut hingga pada 2014, Kepala Kepolisian Yorkshire yang menjabat pada 1989, David Duckenfield, mengaku bersalah.
Ia keliru mengambil keputusan, serta menimpakan kesalahan kepada pihak korban.
Dalam laporan awalnya, Duckenfield mengklaim bahwa fans-lah yang membuka paksa pintu stadion.
Pada 2016, penyidikan menyimpulkan 96 orang yang meninggal pada 1989 dibunuh karena pelanggaran hukum akibat kelalaian aparat, kesalahan desain stadion, dan respons terlambat tenaga kesehatan.
Konklusi ini sekaligus membersihkan nama suporter Liverpool yang dianggap turut andil dalam kejadian mengerikan di Hillsborough.
Namun, perjuangan para keluarga penyintas belum selesai, karena petugas keamanan yang bertanggungjawab atas kejadian itu tidak mendapat hukuman dari pengadilan.
Tiga kejadian di atas jadi contoh bagaimana kasus kematian suporter karena kericuhan di stadion mendapat tanggapan dari pihak pemangku kepentingan terkait.
Sikap dan inisiatif pemerintah, asosiasi, hingga keluarga korban dan penyintas yang menentukan seperti apa para korban diperlakukan; mendapat keadilan atau hanya jadi deretan angka dan nama yang nantinya terlupakan.