Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM -Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mengungkapkan bahwa proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan dibanding gambaran dari video yang tersebar di media sosial.
Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua TGIPF sekaligus Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.
Situasi kelam didapatkan tim TGPIF seusai melakukan rekontruksi dari rekamana yang berasal dari 32 kamera CCTV.
Mahfud MD menceritakan betapa mencekamnya keadaan pasca laga Arema FC vs Persebaya, terlebih setelah penembakan gas air mata oleh pihak keamanan.
"Korban yang jatuh itu proses jatuhnya lebih mengerikan dari yang beredar di media sosial ataupun telefisi, karena kita merekonstruksi dari 32 CCTF yang dimiliki oleh aparat," terang Mahfud MD.
Baca Juga: Tersangka Tragedi Kanjuruhan Bertambah, Terbaru Oknum TNI yang Lakukan Tendangan Kungfu
Mahfud menjelaskan, korban saling berjatuhan karena efek langsung gas air mata.
Mereka ada yang tewas karena terinjak-injak lantaran panik ingin mencari pintu keluar.
Ada juga korban yang tewas ketika hendak menolong teman maupun keluarganya.
"Itu lebih mengerikan dari mati semprot mati, semprot mati. Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar yang satu masuk lagi untuk nolong lagi, ada yang terinjak-injak mati," jelasnya.
"Ada yang susah bernafas lalu mati, itu terlihat di CCTV. Kemudian yang mati dan cacat serta kritis, dipastikan itu terjadi desak-desakan karena adanya gas air mata yang disemprotkan. Itu penyebabnya."
Baca Juga: Hasil TGIPF: Sudah Sepatutnya Ketum dan Seluruh Exco PSSI Mundur
Mahfud MD mengatakan, tingkat keberbahayaan atau kandungan racun pada gas air mata itu sedang diperiksa oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Namun, ia menegaskan, apa pun hasil pemeriksaan BRIN kelak, tidak akan mengubah kesimpulan TGIPF bahwa kematian massal itu disebabkan oleh gas air mata.
"Adapun peringkat keterbahayaan racun pada gas itu sekarang sedang diperiksa oleh BRIN."
"Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN dari menggoreng kesimpulan bahwa kematian massal itu disebabkan oleh gas air mata."
Diketahui, sedikitnya 132 orang tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022.
Selain itu, ada ratusan korban luka berat hingga ringan, bahkan ada yang masih dirawat di rumah sakit.