Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan, turut memberikan sorotan atas Tragedi di Stadion Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) dan menyebabkan 132 korban meninggal dunia serta ratusan lainnya mengalami luka berat maupun ringan.
Arteria Dahlan berkunjung ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, bersama rombongan anggota Komisi III DPR lainnya, Kamis (13/10/2022) siang.
Dalam kunjungan tersebut, mantan pengurus PSSI periode 2005-2011 tersebut memberikan sorotan kepada Tragedi Kanjuruhan.
“Kedatangan kami pada hari ini ingin mencari kebenaran atas fakta."
"Kami ingin fakta yang sebenarnya seperti apa, kemudian bagaimana peletakan kewajiban hukum para stakeholder pihak-pihak terkait yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukumnya,” ujar Arteria Dahlan dilansir BolaSport.com dari Kompas.com.
Dia menyoroti hal yang paling mendasar, yakni mengenai masalah SOP dan pengambilan kebijakan saat pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023, Sabtu (1/10/2022) malam antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Semua kebijakan yang diambil para stakeholder disebutnya harus dicermati lagi.
“Dengan begitu, kita bisa lihat di mana ada kesalahan, di mana ada kekhilafan, di mana ada kekeliruan, dan di mana ada penyimpangan,” ucapnya.
Arteria Dahlan juga ingin mengurai kembali SOP yang digunakan pihak keamanan saat insiden terjadi.
Dia melihat ada kesalahan pengambilan tindakan yang berujung pada hilangnya nyawa manusia.
“Tidak boleh ada satu nyawa pun halal atas nama sepak bola. Ini bukan atas nama sepak bola. Tetapi, ini jelas atas nama kesalahan pengendalian massa,” katanya lagi.
Pemilihan jam malam untuk pertandingan berisiko tinggi seperti derbi Jawa Timur antara Arema FC vs Persebaya juga tak luput menjadi sorotannya.
Baca Juga: Lama Tak Bermain untuk Tokyo Verdy, Pratama Arhan Jadi Bintang Iklan Merk Kopi
Sebelumnya, pihak Arema FC mengajukan perubahan jadwal tayang atas rekomendasi dari otoritas keamanan.
Namun, permohonan tersebut ditolak oleh pihak PT LIB selaku operator kompetisi dengan dalih jadwal tidak bisa diubah sewaktu-waktu.
Sebagai mantan anggota PSSI yang paham dengan dinamika kompetisi Indonesia, Arteria Dahlan melihat banyak kemungkinan di balik layar.
Dia menyebut potensi eksploitasi pertandingan berlebihan sampai ada indikasi campur tangan perjudian dalam penentuan jadwal.
Indikasi-indikasi di balik layar tersebut diharapkannya bisa diusut tuntas.
“Saya ini mantan PSSI dari 2005. Jadi, tahu betul keadaan main sepak bola,” ucap politikus berkacamata disebut.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan - TGIPF Temukan Potensi Konflik Kepentingan dalam Tubuh PSSI
“Main siang dengan malam itu berbeda. Main malam itu jelas pertama penonton pasti lebih banyak. Main malam hak siar TV-nya pasti lebih mahal, main malam indikasi judinya ada.”
“Hal ini juga perlu dicermati, Masak sih stadion full kemudian kok bisa kalah 2-3,” ucapnya lagi.
Meskipun demikian, dia menegaskan tidak terang-terangan menuduh adanya perjudian.
Namun, semua indikasi dan kemungkinan-kemungkinan terburuk harus ikut dicermati.
“Saya bukan katakan ini ada perjudian, tetapi indikasi ini juga harus kita lihat."
"Kalau ada judi, main dibuat seri saja, bandar sudah untung. Jadi, ini harus digali sedalam-dalamnya,” kata Arteria menegaskan.
Masalah penjualan tiket pertandingan di luar kapasitas juga dimintanya harus diusut lagi.
Dia mengatakan lumrahnya penjualan tiket hanya 80 persen dari kapasitas stadion.
Baca Juga: Miliki Kesalahan Terbanyak di Tragedi Kanjuruhan, Ini Daftar Dosa Panitia Pelaksana
Rekomendasi jumlah penjualan tiket juga harus melalui verifikasi pihak PSSI.
Dari hasil investigasi TGIPF, ditemukan adanya penjualan tiket yang melebihi jumlah kuota stadion.
Karena itu, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa penjualan tiket melebihi kapasitas ideal stadion bisa terjadi. Padahal, itu semua harus lewat verifikasi PSSI.
“Kami ini mantan PSSI, idealnya 80 persen tiket kapasitas stadion. Itupun melalui verifikasi terlebih dahulu,” tutur Arteria Dahlan, politikus yang berprofesi sebagai pengacara itu.
“Kami akan melihat verifikasi yang dilakukan oleh PSSI seperti apa? Apakah sudah ada yang namanya list keamanan dan keselamatan? Itu ada 160 list.”
“Tidak mungkin semua stadion terpenuhi kecuali beberapa stadion ideal seperti Gelora Bung Tomo."
"Tetapi, untuk ini upaya-upaya mitigasinya seperti apa? Upaya antisipasi seperti apa? Ini juga coba ingin kita cermati,” ucapnya mengakhiri.