Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Penyerang legendaris Brasil, Ronaldo, mengibaratkan pesepak bola pada eranya layaknya gladiator saat harus bergulat dengan isu kesehatan mental.
Ronaldo secara terbuka mengungkapkan ia sempat mengalami masalah dengan kesehatan mentalnya.
Pemain yang mengantar Brasil menjuarai Piala Dunia 2002 itu pernah menjalani masa-masa krusial untuk memulihkan kondisinya dari cedera parah.
Dikutip BolaSport.com dari Football Espana, Ronaldo mengatakan para pemain yang berada satu era dengannya, yaitu pada 1990-an akhir dan awal 2000, menjalani perjuangan berat jika mengalami masalah mental.
Salah satu alasannya adalah karena topik ini nyaris tak pernah dibahas saat membicarakan soal kesehatan atlet.
Situasi demikian amat berbeda dengan sekarang ketika percakapan tentang kesehatan mental lebih terbuka dan dibantu oleh akses ke internet yang lebih memadai dibanding eranya dulu.
Ronaldo mengibaratkan para pesepak bola seperti dirinya tak ubahnya gladiator atau petarung era Romawi yang saling berjibaku untuk menang.
Baca Juga: Malangnya Raphael Varane, Sudah Cedera Masih Dicela Legenda Manchester United
“Topik kesehatan mental sangat jarang dibahas, sementara sekarang sudah banyak pembahasan soal kondisi mental atlet. Pada era saya, atlet tak ubahnya gladiator,” ucap Ronaldo.
“Mereka melempar kami ke arena dan menunggu siapa saja yang akan selamat. Tekanan itu memengaruhi saya. Pemain muda seperti saya tidak tahu cara mengatasinya.”
“Tentu saja situasi ini harus saya bayar mahal. Saya belajar soal itu setelah mengalami benturan dalam hidup saya. Memang berat, tetapi perjalanan saya tetap indah,” ucapnya.
Ronaldo mengacu kepada salah satu momen dalam kariernya.
Ia mengalami cedera yang memaksanya absen selama hampir tiga musim.
Mantan penyerang Inter Milan dan Real Madrid itu juga menjadi sasaran kritik saat Brasil kalah 0-3 dari Prancis pada final Piala Dunia 1998.
Belakangan diketahui bahwa Ronaldo bertanding dalam keadaan sakit pada laga itu, dan sempat mengalami kejang di ruang ganti.
Kejadian tersebut dianggap Ronaldo sebagai babak terburuk dalam kariernya.
“Saya tidak paham mengapa banyak hal buruk menimpa saya. Kalau semua orang memang menyayangi saya, dan saya orang yang jujur, baik, dan lucu, lalu kenapa ini terjadi ke saya?”
“Momen tersebut sangat berat. Saya harus membuat keputusan yang berat untuk seorang pemain berusia 22 tahun.”
“Saya merasakan semua tekanan tanpa bantuan psikologis," ujar legenda timnas Brasil yang kini berusia 46 tahun.
Jika mengacu kepada statistik, omongan Ronaldo soal urgensi membuka diskusi tentang kesehatan mental pesepak bola beralasan.
Studi dari FIFPro pada 2015 menunjukkan 38 persen pesepak bola aktif mengalami tanda-tanda depresi, yang juga diperburuk dengan kurangnya dukungan dari industri olahraga.
Namun, Ronaldo tetap menyambut positif progres di dunia sepak bola saat ini.
“Para pemain saat ini jauh lebih siap dan mendapat atensi medis yang mereka butuhkan setiap hari. Ada perhatian lebih untuk profil setiap pemain, reaksi mereka, dan bagaimana mereka harus bereaksi.”
“Di era saya hal semacam ini tidak ada, padahal kita semua tahu bahwa sepak bola membawa stres dan bisa menentukan sisa karier para pemain."
"Tidak ada yang tahu masalah mental itu nyata adanya.”
“Padahal sudah jelas banyak pemain mengalami masa-masa buruk dan bahkan depresi karena kurangnya privasi dan kebebasan.”
“Masalah ini sangat nyata, tetapi solusinya nyaris tidak ada kala itu,” tutur dia lagi.