Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Legenda timnas Inggris, Rio Ferdinand, menilai para pemain akan dihadapkan pada rasialisme jika mengalmi kegagalan di Piala Dunia 2022.
Tanggal 20 November 2022 mendatang akan menjadi pembuka ajang Piala Dunia 2022 yang dihelat di Qatar.
Sejumlah 32 tim akan bersaing untuk merebut trofi emas Piala Dunia pada partai puncak tanggal 18 Desember 2022 mendatang.
Timnas Inggris sebagai salah satu kandidat juara tengah mempersiapkan segala hal demi bisa mewujudkan tagline "Football is Coming Home".
Gareth Sourhgate selaku pelatih dijadwalkan bakal mengumumkan 26 pemain yang dibawa ke Qatar pada Kamis (10/11/202) waktu setempat.
Namun, sejumlah kekhawatiran muncul terkait siapa-siapa saja yang dipanggil ke timnas Inggris.
Bukan perihal pemain yang ditinggal atau tak dipanggil, melainkan efek jangka panjang terhadap nama yang nantinya berlaga di Piala Dunia 2022.
Target untuk menjadi juara adalah beban tersendiri bagi timnas Inggris di mana dalam dua turnamen berhasil meraih catatan apik.
Baca Juga: PIALA DUNIA - Timnas Brasil Panggil 9 Penyerang Ganas, Siap Obrak-abrik Lawan dan Incar Gelar Juara
Timnas Inggris adalah semifinalis Piala Dunia 2018 dan runner-up Euro 2020, dimana pencapaian tersebut dinilai sebagai langkah besar untuk menjadi juara di Qatar.
Rio Ferdinand menilai bahwa akan ada perlakuan rasialisme yang akan menyasar para pemain Inggris, khususunya bagi pemain berkulit hitam andai tak bisa juara.
Eks bek Man United dan The Three Lions tersebut berkaca pada apa yang terjadi pada final Euro 2020 lalu yang menimpa para pemain timnas Inggris.
Bukayo Saka, Jadon Sancho, dan Marcus Rashford gagal mengeksekusi penalti yang berujung pada kekalahan.
Setelah kekalahan di final tersebut, sejumlah perlakuan rasialisme menyasar ketiganya dari media sosial.
"Anda adalah pemain kulit hitam yang merupakan pengambil penalti yang hebat, seperti Ivan Toney, itu akan ada di pikiran Anda," ujar Ferdinand, dikutip BolaSport.com dari The Guardian.
"Jika Toney masuk skuad, salah satu tindakan pertamanya di Piala Dunia bisa dilakukan untuk mengambil penalti."
"Tidak ada keraguan dalam pikiran saya dia akan berpikir bahwa akan sial karena saya tahu apa yang terjadi pada [Bukayo] Saka, [Jadon] Sancho dan [Marcus] Rashford," kata Ferdinand menambahkan.
Ferdinand juga berpendapat bahwa perusahaan media sosial harus memiliki sarana untuk memblokir perilaku rasialisme.
Semua tindakan buruk dan toksik seharusnya diblokir agar tidak membuat mental pengguna media sosial rusak.
"Masalahnya adalah mereka bergantung pada perilaku toksik dan ujaran kebencian sehingga mereka tidak akan menghilangkan unsur itu," ujar Ferdinand melanjutkan.
"Rasisme dan segala bentuk diskriminasi disambut di media sosial karena interaksi itu sama dengan lebih banyak uang iklan."
‘Rules need to be changed to allow players feel as though there aren’t repercussions from a racial standpoint if they fail, or make a mistake.’
Rio Ferdinand reflects on the racism faced by British footballers last year, and his solution-based documentaryhttps://t.co/nRtpdlxqJt
— Ethnicity Awards / Investing in Ethnicity (@EthnicityInvest) November 7, 2022
"Kami melihat dengan Covid bahwa jika sebuah pesan perlu disebarkan di media sosial, ada algoritme dan teknologi bagi perusahaan-perusahaan ini untuk membuat perbedaan."
"Namun, mereka tidak bisa mengatasi diskriminasi. Jadi itu menunjukkan tidak ada niat nyata untuk berubah."
"Kami berbicara dengan [raksasa media sosial] tetapi Anda mendapatkan umpan balik plin-plan: 'Ya, kami mencoba semua yang kami bisa.'"
"Tidak, Anda tidak bisa seperti itu," tutur Ferdinand mengakhiri.