Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Timnas Jerman juga menunjukkan bahwa protes kali ini bukanlah pernyataan politik mereka.
Bagi Jerman, pemenuhan hak-hak dasar manusia adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar.
"Pelarangan pemakaian ban kapten berarti melarang suara kami juga," tulis Jerman.
Protes tersebut merupakan buntut dari pelarangan penggunaan ban kapten OneLove dan logo pelangi di Qatar.
Qatar merupakan salah satu negara yang menentang komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) yang disimbolkan oleh pelangi tersebut.
Hal tersebut dianggap bertolak belakang dengan kampanye FIFA tentang keberagaman.
Kampanye keberagaman tersebut juga digaungkan lewat pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, menjadikannya sebagai negara Arab pertama yang terpilih.
Wir wollten mit unserer Kapitänsbinde ein Zeichen setzen für Werte, die wir in der Nationalmannschaft leben: Vielfalt und gegenseitiger Respekt. Gemeinsam mit anderen Nationen laut sein. Es geht dabei nicht um eine politische Botschaft: Menschenrechte sind nicht verhandelbar. 1/2 pic.twitter.com/v9ngfv0ShW
— DFB-Team (@DFB_Team) November 23, 2022
Akan tetapi, pemilihan Qatar juga mengundang kontroversial karena pelarangan simbol-simbol keberagaman yang lain.
Protes pelarangan ban kapten sendiri tidak hanya dilakukan oleh timnas Jerman pada laga ini.
Presenter olahraga asal Inggris, Alex Scott, tetap mengenakan ban kapten pelangi berlogo OneLove saat meliput.
Sejumlah reporter dari beragam media juga tetap menggunakan simbol pelangi meski harus menghadapi risiko pelarangan akses masuk ke sejumlah tempat.
Protes-protes sejenis dinilai akan terus hadir bahkan hingga babak final Piala Dunia 2022.