Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis tunggal putra Denmark, Viktor Axelsen, sedang berada di puncak karier. Mengenai prestasi besarnya ini, Axelsen bersyukur karena tumbuh di era para jawara bulu tangkis.
Viktor Axelsen menjadi pemain yang berhasil mendominasi persaingan bulu tangkis tunggal putra dalam dua tahun terakhir.
Sejak memenangi Spain Masters pada Maret 2020, Axelsen telah memenangi 17 dari 27 turnamen yang diikutinya.
Kesuksesannya juga terjadi di turnamen besar yaitu Olimpiade (2021), Kejuaraan Dunia (2022), All England (2020, 2022), Indonesia Open (2021, 2022), dan World Tour Finals (2022).
Sinar Axelsen sebenarnya tidak muncul baru-baru ini.
Pemain yang lahir di Odense pada 4 Januari 1994 ini telah menanggung beban untuk melanjutkan prestasi tunggal putra di negaranya sejak remaja.
Saat Axelsen menjadi juara dunia junior pada 2010, Denmark sedang mencari penerus pemain top mereka Peter Gade yang hampir melewati masa keemasannya.
Kemampuan dan mental Axelsen kemudian ditempa dengan pertemuan melawan pemain-pemain papan atas.
Secara khusus Axelsen menyebut lima nama pemain top yang berperan dalam perkembangannya hingga menjadi pemain tunggal putra terbaik saat ini.
Baca Juga: Malaysia Open 2023 - Semangat Fajar/Rian Tampil Perdana sebagai Pasangan Nomor 1
Mereka adalah Chen Long dan empat anggota Fantastic Four yaitu Lin Dan, Lee Chong Wei, Taufik Hidayat, dan Peter Gade.
Keempat pemain ini mendapat sebutan demikian karena berhasil menciptakan rivalitas eksklusif yang sulit ditembus pemain lainnya.
"Saat kita menjadi pemain nomor satu, juara Olimpiade dan juara dunia, semua orang melihat dan ingin mengalahkan kita," ujar Axelsen, dilansir dari BWF Badminton.
"Hal ini bagus karena membuat kita tetap fokus, ini adalah bagian dari permainan."
"Saya beruntung bisa menghadapi juara-juara hebat seperti Lin Dan, Lee Chong Wei, Chen Long, Taufik Hidayat, dan Peter Gade."
"Saya belajar banyak dari sana," tambahnya.
Taufik Hidayat menjadi pemain pertama dalam daftar yang dihadapi Axelsen.
Axelsen menantang pemenang medali emas Olimpiade Athena 2004 tersebut pada babak kedua Denmark Open 2011.
Potensi Axelsen sebagai calon jawara terlihat ketika dia berani mengadu permainannya dengan Taufik walau tertekan pada gim pertama.
Baca Juga: Jadwal Siaran Langsung Malaysia Open 2023 - Laga-Laga Seru Mulai Hari Selasa, Live di iNews TV
Axelsen menang dengan melalui rubber game dengan skor 16-21, 21-9, 21-14. Kemenangan besar bagi pemain yang baru berusia 17 tahun.
Di babak berikutnya giliran Peter Gade sendiri yang menjadi lawan Axelsen.
Perlawanan alot dari Axelsen mampu diatasi mantan pemain nomor satu itu dalam satu-satunya laga di antara mereka.
Kecuali dengan Gade, Axelsen memiliki catatan kemenangan dengan pemain-pemain lain yang dikaguminya itu.
Rekor terbaik Axelsen terjadi dalam rivalitasnya dengan Lin Dan di mana dia lebih sering menang dengan catatan 6 kemenangan dan 3 kekalahan.
Beberapa kemenangan Axelsen atas Super Dan terjadi di partai krusial yaitu perebutan medali perunggu Olimpiade Rio 2016 dan final Kejuaraan Dunia 2017.
Sementara dengan Lee Chong Wei dan Chen Long, Axelsen lebih sering kalah.
REKOR PERTEMUAN VIKTOR AXELSEN | |||
Lawan | Rekor | Laga Pertama | Laga Terakhir |
Taufik Hidayat | 1-0 | Denmark Open '11 16-21, 21-9, 21-14 | - |
Peter Gade | 0-1 | Denmark Open '11 15-21, 24-22, 21-12 | - |
Lin Dan | 6-3 | Malaysia Open '12 14-21, 13-21 | Indonesia Masters '20 21-12, 21-14 |
Lee Chong Wei | 3-11 | Hong Kong Open '11 15-21, 11-21 | Malaysia Open '18 17-21, 9-21 |
Chen Long | 6-14 | China Masters '12 22-20, 7-21, 8-21 | Olimpiade Tokyo '20 21-15, 21-12 |
Chen Long menjadi bintang dari generasi lama terakhir yang dihadapi Axelsen. Mereka bertemu di final Olimpiade Tokyo 2020 yang dimenangi Axelsen.
Kini, Axelsen berada di situasi yang dahulu dialami Taufik Hidayat dkk. yaitu menghadapi pemain-pemain yang ingin mengalahkannya.
Baca Juga: Malaysia Open 2023 - Lee Zii Jia Dituntut Juara usai Dijauhkan dari Jonatan, Anthony, dan Axelsen
Axelsen memilih untuk menikmati posisinya sebagai kompetitor utama yang harus dikalahkan.
Meski demikian, bukan berarti dia terlena dengan kesuksesannya. Menurut pemain yang fasih berbahasa Mandarin ini, penting juga untuk belajar dari kekalahan.
"Kalau kita terlalu banyak melihat kesuksesan sebelumnya, kita bisa dengan mudah menjadi stagnan," kata Axelsen.
"Saya sangat beruntung bisa berada di posisi saya sekarang dan merasa terhormat bisa bermain di level ini."
"Memenangi gelar-gelar semacam ini adalah mimpi besar yang menjadi nyata," tambahnya.
Baca Juga: Malaysia Open 2023 - Membayar Jerih Payah Tim Bulu Tangkis Indonesia yang Potong Libur demi Latihan