Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Liverpool menuntut UEFA memberi perhatian ekstra untuk keselamatan suporter usai kelalaian mereka nyaris membuat banyak orang celaka di Liga Champions.
Kekacauan mewarnai final Liga Champions musim 2022-2023 jelang kick-off.
Momen tersebut membuat kick-off antara Real Madrid dan Liverpool pada Sabtu (28/5/2022) harus ditunda.
Pemeriksaan yang dilakukan pihak pengaman stadion untuk mengecek suporter yang memasuki Stade de France dinilai terlalu lambat dan menjadi biang keladi.
Akibatnya, terjadi penumpukan massa di sepanjang jalur menuju arena.
Ribuan suporter yang memadati jalan masuk terhalang sehingga mereka terpecah.
Suporter Liverpool menjadi pihak paling dirugikan.
Mereka mendapat semprotan gas air mata oleh petugas keamanan setempat, termasuk para perempuan dan anak-anak, serta penyandang disabilitas.
Kejadian ini berbuntut panjang.
UEFA menunjuk panelis untuk menyelidiki kasus ini, yang terdiri dari politisi, akademisi, dan pengacara.
Hasil penyelidikan menetapkan bahwa kesalahan ada di pihak UEFA.
Otoritas sepak bola Eropa ini melakukan perencanaan jelang pertandingan final kurang terkendali dan mengabaikan aspek keamanan.
Laporan yang terdiri dari 158 halaman itu bocor lebih dulu ke beberapa media sebelum pengumuman resmi.
Berita yang dinukil BolaSport.com dari Metro menyebutkan bahwa para figur teras UEFA tahu bahwa aspek keamanan terabaikan pada persiapan pertandingan.
Namun, mereka tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki situasi.
Penemuan ini membuat posisi sejumlah pejabat tinggi UEFA dipertanyakan, tidak terkecuali presiden organisasi, Aleksander Ceferin.
“Petugas senior di UEFA memungkinkan hal ini terjadi, meskipun kekurangan pada perencanaan ini sudah diketahui di level manajemen senior,” demikian bunyi salah satu kutipan laporan itu.
Para suporter Liverpool menjadi pihak yang paling dirugikan.
Baca Juga: Jelang PSG Vs Bayern, Christophe Galtier Pilih Abaikan Dua Kekalahan Beruntun
Sebab, muncul anggapan bahwa kericuhan yang terjadi disebabkan karena perilaku mereka yang tidak tertib.
UEFA dinilai abai terhadap tanggung jawab memastikan keamanan suporter dan seharusnya sejak awal memonitor dan mengawasi keamanan.
Pihak Liverpool langsung angkat bicara menyusul perilisan dokumen itu.
Manajemen The Reds mengecam kelalaian FIFA.
“Liverpool menuntut FIFA untuk secara penuh menerapkan rekomendasi dari panel, tidak peduli betapapun sulitnya demi memastikan keamanan suporter adalah prioritas nomor satu.”
“Pada malam final Liga Champions, sebelum penundaan kick-off, kami sudah meminta panitia untuk memundurkan jadwal kick-off dan mengendalikan kekacauan di luar stadion.”
“Pihak Liverpool juga meminta UEFA meluncurkan investigasi independen dan transparan demi mendapatkan fakta.”
“Kami tahu pentingnya suporter Liverpool dan Real Madrid paham alasan mereka berada dalam situasi ketika keselamatan mereka dipertaruhkan.”
“Kami bertekad melakukan investigasi agar kejadian ini jadi pelajaran dan memastikan keamanan suporter di Eropa tidak pernah berada dalam bahaya lagi.”
Manajemen Liverpool pun mengecam adanya berita bohong bahwa kericuhan ini disebabkan oleh ulah suporter.
Liverpool mengacu kepada tragedi Hillsborough yang menimpa klub dan suporter.
Tragedi Hillsborough adalah kejadian di semifinal Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest.
Peristiwa itu terjadi di Stadion Hillsborough, Yorkshire, Inggris, pada 15 April 1989.
Kelebihan jumlah massa di area standing menyebabkan suporter terinjak-injak dan menyebabkan total 97 korban tewas dan 766 lagi luka-luka.
Usaha keluarga korban tragedi Hillsborough butuh waktu lebih dari dua dekade untuk mendapatkan keadilan.
Baca Juga: PSG Vs Bayern Muenchen - Nagelsmann: Perlu Keberanian untuk Hentikan Lionel Messi
Tuntutan korban untuk penyidikan menyeluruh terhadap kejadian pada 1989 itu mulai menemui titik terang pada 2009.
Menteri Budaya, Media, dan Olahraga Inggris kala itu, Andy Burnham, memerintahkan dibentuknya panel independen untuk membuka dan menyelidiki kasus ini.
Alhasil, pada 2012, temuan panel independen itu mengungkapkan aparat di lokasi kejadian menutup-nutupi kejadian sebenarnya dan menyalahkan suporter dengan dalih bahwa mereka datang ke stadion dalam keadaan mabuk dan tidak tertib.
Temuan komite tersebut juga menyimpulkan bahwa setidaknya 41 kasus kematian sangat bisa dicegah jika prosedur penyelamatan lebih memadai.
Laporan yang sama juga mengkritik penanganan dari aparat yang bertugas, salah satunya keputusan mereka membuka pintu keluar tanpa mempertimbangkan risiko fans akan merubung dan berjejalan.
Pada 2016, penyidikan menyimpulkan 96 orang yang meninggal pada 1989 dibunuh karena pelanggaran hukum akibat kelalaian aparat, kesalahan desain stadion, dan respons terlambat tenaga kesehatan.
Konklusi ini sekaligus membersihkan nama suporter Liverpool yang dianggap turut andil dalam kejadian mengerikan di Hillsborough.
“Sungguh mengejutkan bahwa lebih dari 30 tahun setelah bencana Hillsborough, masih ada klub dan suporter yang jadi korban kegagalan mendasar sistem keamanan.”
“Yang lebih mencemaskan lagi adalah kejadian di Paris memperburuk penderitaan keluarga dan kerabat korban serta para penyintas.”
“Liverpool berempati untuk para suporter yang menderita karena yang terjadi di Paris. Kami mengingatkan kami memberikan dukungan mental beberapa hari setelah bencana di kota Paris jelang final Liga Champions.
Baca Juga: AC Milan Vs Tottenham - Jalan Olivier Giroud Dekati Tuhan-nya I Rossoneri
“Sebagai klub dengan sejarah yang membanggakan di benua Eropa, Liverpool menuntut UEFA melakukan hal yang benar dan mengimplementasikan rekomendasi komite untuk memastikan keselamatan suporter yang datang ke semua pertandingan sepak bola ke depannya,” demikian penutup pernyataan Liverpool.