Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Walaupun menjadi rekrutan flop musim ini, Charles De Ketelaere tampaknya akan dipertahankan AC Milan dengan harapan kesabaran mereka membuahkan hasil seperti yang terjadi pada Sandro Tonali dan Rafael Leao.
Charles De Ketelaere adalah rekrutan termahal AC Milan musim ini.
Dia dibeli dari Club Brugge dengan harga 32 juta euro atau sekitar 526 miliar rupiah.
Masih berusia 22 tahun, CDK diharapkan menjadi "pemain nomor 10" seperti Kaka di masa lalu.
AC Milan mati-matian mengejar De Ketelaere tetapi ternyata sang pemain malah menjadi rekrutan flop.
Pemain tim nasional Belgia itu tidak kunjung mencetak gol di semua kompetisi.
Sempat sering dicoba sebagai starter di awal musim, lama-lama De Ketelaere menjadi spesialis pemain pengganti dengan AC Milan kembali mengutamakan Brahim Diaz.
De Ketelaere tercatat hanya tampil 26 kali di Liga Italia musim ini, 18 di antaranya sebagai pemain pengganti.
Dengan penampilannya tidak memuaskan, pertanyaan soal masa depan gelandang serang yang juga bisa menjadi penyerang ini pun muncul.
Akankah AC Milan menjualnya atau setidaknya meminjamkan dia ke klub lain demi mendapatkan pengalaman?
Menurut La Gazzetta dello Sport, melepas Charles De Ketelaere ke klub lain pada musim depan ternyata tidak menjadi pertimbangan AC Milan.
Baca Juga: Sistem Permainan Baru AC Milan Bikin Hidup Charles De Ketelaere Tambah Berat
I Rossoneri dikabarkan bakal mempertahankan pemain bernomor punggung 90 itu.
AC Milan bakal memakai jurus sabar yang sebelum ini sukses membuat Sandro Tonali dan Rafael Leao menjadi pemain top.
Tonali bergabung ke AC Milan pada 2020 tetapi musim pertamanya tidak berjalan bagus.
Dia sempat mengalami posisinya dipindah-pindah dan tidak sering bermain.
Pada 2020-2021, Tonali hanya bermain 25 kali di Liga Italia dengan cuma 17 di antaranya sebagai starter tanpa berkontribusi gol dan assist.
Tetapi, AC Milan tidak menganggapnya sebagai rekrutan gagal.
AC Milan malah mengaktifkan klausul pembelian pada musim berikutnya.
Tonali tiba-tiba meledak pada musim keduanya.
Dia bermain 36 kali di Liga Italia dengan 31 kali tampil sejak menit pertama dan menyumbang 5 gol serta 2 assist.
Sekarang Tonali tidak tergantikan di lini tengah AC Milan.
Dia mewujudkan ekspektasi menjadi gabungan antara dua legenda AC Milan, Andrea Pirlo dan Gennaro Gattuso, di jantung permainan Setan Merah.
Baca Juga: Charles De Ketelaere Bukti Transfer Gagal AC Milan, Cuma Dapat Nilai 5 dari Media Italia
Jurus sabar AC Milan juga dipakai terhadap Rafael Leao.
Untuk pemain yang satu ini, Rossoneri bahkan dipaksa lebih sabar daripada menyikapi Tonali.
Leao bergabung ke AC Milan pada 2019 saat masih berusia 20 tahun.
Dia mengalami kesulitan beradaptasi pada musim pertamanya.
Leao hanya tampil 31 kali dengan cuma 12 kali sebagai starter dan mencetak 6 gol serta 2 assist.
Penyerang sayap asal Portugal itu lebih sering menghilang di tengah pertandingan dan kekurangan kepercayaan diri.
Pelan-pelan Rafael Leao membaik dan akhirnya semakin sering menjadi starter.
Di musim kedua, angka penampilannya meningkat dengan 22 kali menjadi starter dari 30 kali merumput.
Dia juga berkontribusi 6 gol dan 6 assist.
Musim berikutnya level Leao naik lagi dengan dia menjadi MVP Liga Italia dan sukses membawa AC Milan menjadi juara.
Saat ini, seperti Tonali, Leao tidak tergantikan di tim utama AC Milan.
Jurus sabar juga diaplikasikan AC Milan pada pemain seperti Ismael Bennacer, Pierre Kalulu, dan Theo Hernandez.
Awalnya pemain-pemain ini mengalami kesulitan tetapi mereka tidak buru-buru dilepas.
Sekarang para pemain ini menjadi bagian yang integral dari skuad AC Milan.
Charles De Ketelaere jelas punya potensi untuk mengikuti langkah Tonali, Leao, Bennacer, Kalulu, dan Hernandez.
AC Milan berharap dengan diperlakukan sabar, CDK pada akhirnya bakal menemukan performa terbaiknya di masa depan.